Koshikijima, Tempat di Jepang Tanpa Konbini, Tidak Ada Family Restoran
Koshikijima memilki 14 desa di Shikijima-gun, propinsi Satsuma selama periode Meiji.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tidak semua tempat di Jepang ternyata memiliki konbini (convenient store).
Bahkan tempat ini juga tak ada family restoran seperti Denny's, Gusto, Jonathan's, Saizeriya atau lainnya.
Saat Tribunnews.com ke pulau ini pun hanya tiga tempat jualan makanan minuman, tapi umumnya tutup paling lambat jam 8 malam.
Jadi siap-siap beli banyak makanan minuman kalau lapar tengah malam ada tidak persediaan di tempat kita.
Pulau besar ini berpenduduk 5576 jiwa tahun 2010. Padahal tahun 1950 masih 24.744 jiwa.
Terdiri dari tiga pulau besar yaitu Kami Koshikijima dengan luas 45,08 kilometer persegi, Naka Koshikijima dengan luas 7,29 kilometer persegi dan Shimo Koshikijima dengan luas 66,27 kilometer persegi.
Koshikijima memilki 14 desa di Shikijima-gun, propinsi Satsuma selama periode Meiji.
Di tahun 1889 pulau-pulau itu berkonsolidasi menjadi desa Kami-Koshiki dan Shimo-Koshiki.
Lalu tahun 1897, pulau-pulau itu bergabung dengan Satsuma-gun. Kemudian desa Kashima dan desa Sato pecah menjadi 4 desa.
Tahun 2004 selama penggabungan jaman Heisei, para penduduk desa bergabung dengan Sendai, kota di pulau utama di sana di Kyushu selatan Jepang.
Perjalanan pakai ferry dari daratan Kagoshima ke pulau Koshikijima memakan waktu sekitar 50 menit dengan biaya 2330 yen.
Kaget juga di tempat yang berpenduduk masih ribuan orang ini tak ada satu pun konbini.
Namun penduduk setempat tak kekurangan makanan karena bercocok tanam dan menangkap ikan.
Banyak makan ikan laut dan makanan laut, ungkap seorang penduduk di pulau tersebut.
Kalau mau makanan lain biasanya mereka membeli dan membawa dari Kagoshima kota besar dan dibawakan oleh yang biasa pergi pulang ke Kagoshima lewat kapal ferry tersebut.
"Jumlah penduduk semakin menurun semakin berkurang sehingga menjadi keprihatinan bagi kami juga di sini," ujar seorang penduduk kepada Tribunnews.com merasakan kesedihan karena terus jumlahnya berkurang sebagian pindah ke kota kota besar di Jepang.