Dari Komunitas LGBT Terkumpul Rp 20 M Untuk Korban Penembakan Orlando
Pusat kegiatan mereka berada 1,5 kilometer dari kelab yang terkena musibah. Saat mereka berkumpul 53 korban luka
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, ORLANDO - Para anggota keluarga yang berduka dan sanak saudaranya berkumpul di Beardall Senior Center, Orlando, Senin (13/6/2016) dini hari waktu setempat.
Mereka berusaha mencari tahu nasib para korban pembantaian di kelab malam Pulse, tempat pembantaian 49 orang oleh pria keturunan imigran Afganistan, Minggu (12/6/2016) dini hari.
Pusat kegiatan mereka berada 1,5 kilometer dari kelab yang terkena musibah. Saat mereka berkumpul 53 korban luka masih dirawat di rumah sakit.
Lewat di bawah tenda dengan tanda selamat datang, mereka datang dan pergi berpasangan atau berkelompok, seperti dilaporkan Voice of America.
Kepala mereka tertunduk, melindungi wajah dari jepretan kamera wartawan internasional. Banyak yang berlindung di balik orang lain.
Sebagian dari mereka mengenakan kacamata hitam untuk menutupi mata yang merah karena menangis.
Satu blok dari Pulse, Terry DeCarlo, Direktur Eksekutif Gay and Lesbian Community Center of Central Florida, berdiri di depan pita kuning yang menutup kelab itu.
DeCarlo berbicara tentang 24 jam yang "mengerikan", di mana ia hanya sempat tidur 15 menit.
Banyak wartawan berdiri di panas terik di persimpangan Jalan Orange dan Grant.
Relawan datang dengan membawa air botolan. Helikopter-helikopter terbang di atas mereka tanpa henti.
Sementara itu, DeCarlo memberikan penyuluhan bagi siapa pun yang membutuhkan dan mengumpulkan uang untuk membantu korban pembantaian.
Menjelang sore harinya, 1,5 juta dollar AS atau setara Rp 20,04 miliar telah terkumpul dari komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Orlando.