Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Indonesia Sering Jadi Sandera Abu Sayyaf Karena Tebusan Dibayar

Belum lama ini saja, Pemerintah Malaysia membayar 130 juta peso Filipina

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Warga Indonesia Sering Jadi Sandera Abu Sayyaf Karena Tebusan Dibayar
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI
TNI JEMPUT 4 WNI ABK DI PERAIRAN LAUT FILIPINA - Pemerintah Indonesia diwakili TNI menjemput 4 (empat) WNI Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Tunda TB Henry yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf dari Pemerintah Filipina. Empat WNI ABK tersebut tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (13/5/2016) pukul 10.20 WIB. Saat tiba di Halim, ke empat WNI yang didampingi oleh Pangkostrad selaku Pangkoops TNI Letjen TNI Edy Rachmayadi, Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman, Pangkoopsau II Marsda TNI Dody Trisunu dan Danguspurlatim Laksma TNI I.N.G. Ariawan, S.E., M.M., disambut oleh Menlu RI Retno LP Marsudi dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI 

TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Warga Indonesia kerap menjadi korban penyanderaan Abu Sayyaf dikatakan karena tebusannya selalu dibayar.

Menurut seorang diplomat Filipina, kelompok teroris itu jadi semakin sering menjadikan warga Indonesia dan Malaysia korban penyanderaannya.

Hal itu disebabkan karena jika warga kedua negara itu yang menjadi korban, kemungkinan uang tebusan akan dibayar lebih besar.

"Masalahnya, bangsa Indonesia dan Malaysia cenderung suka menyelesaikan masalah penyanderaan itu dengan menyediakan uang," katanya.

"Mereka berharap dengan membayar uang, masalah itu selesai. Begitu terus hingga sekarang," kata diplomat yang enggan menyebutkan namanya itu.

Belum lama ini saja, Pemerintah Malaysia membayar 130 juta peso Filipina untuk membebaskan empat warganya yang disandera Abu Sayyaf di Jolo.

Ia membandingkan Indonesia dan Malaysia dengan Kanada, yang memiliki kebijakan untuk tidak membayar tebusan untuk kasus penyanderaan.

Berita Rekomendasi

Namun, hal itu berujung pada pemenggalan dua sandera asal Kanada, Robert Hall dan John Ridsdel.

Meski demikian, diplomat Filipina itu meyakini Abu Sayyaf tidak akan pernah mengeksekusi sandera-sanderanya yang dari Indonesia dan Malaysia.

"Karena mereka dianggap sesama muslim," ucapnya.

Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, telah mengonfirmasi bahwa tujuh WNI di Laut Sulu, Filipina, disandera oleh kelompok bersenjata.

Penyanderaan pada Senin (20/6/2016) itu terjadi saat pembajakan kapal TB Charles dan TK Roby dilakukan oleh kelompok bersenjata itu.

Dua kapal milik PT PP Rusianto Bersaudara itu diketahui membawa 13 anak buah kapal (ABK), yang tujuh di antaranya menjadi korban penyanderaan. (Manila Times/Inquirer)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas