Kerusuhan SARA di Myanmar: Rumah Ibadah Dibakar, Keamanan Diperketat
hampir sebanyak 100 polisi berjaga di sekitar lokasi masjid yang sudah rusak parah itu dan belum ada pihak yang ditangkap atas itu.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Tribunnews/Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Keamanan di sebuah desa Myanmar diperketat usai terjadi kerusuhan SARA yang mengakibatkan masjid setempat dibakar sekelompok warga Budha, Jumat (1/7/2016).
Sebuah masjid di desa Hpakant, Myanmar, pada hari itu diserbu oleh sejumlah warga desa yang mayoritas menganut Budha itu, lalu dibakar habis.
Aksi penyerbuan dan pembakaran tak bisa dilawan oleh petugas keamanan setempat, sebab para pelaku menggunakan tongkat, pisau, dan senjata lainnya.
Dikatakan, aksi itu dipicu oleh perselisihan antara pimpinan-pimpinan masjid itu dengan otoritas setempat.
Otoritas setempat telah memerintahkan agar masjid tersebut dihancurkan untuk memberikan akses konstruksi pembangunan sebuah jembatan.
Namun, sampai batas waktu penentuan untuk mengeksekusi perintah itu, kesepakatan tak juga tercapai. Akhirnya, warga setempat yang mengambil alih urusan itu.
"Masalah itu juga dipicu posisi masjid yang berlokasi dekat dengan sebuah klenteng," kata seorang polisi, Moe Lwin.
"Saat warga Budha setempat melihatnya, jemaah masjid itu menolak menghancurkan tempat ibadahnya," tambahnya.
Pada Sabtu (2/7/2016), hampir sebanyak 100 polisi berjaga di sekitar lokasi masjid yang sudah rusak parah itu dan belum ada pihak yang ditangkap atas itu.
Sentimen antimuslim semakin parah di negara yang penduduknya mayoritas menganut Budha itu.
Konselor Myanmar Aung San Suu Kyi, yang memegang pemerintahan negara setara Presiden Myanmar, telah dibanjiri kritik atas masalah itu.
Suu Kyi dituntut agar segera mencari solusi untuk menangani kekerasan yang menimpa kelompok-kelompok minoritas di Myanmar. Siasat Daily/Saudi Gazette