Peneliti Jepang: Larangan Bermain Pokemon Go Menteri Indonesia Berlebihan
Kalau seorang menteri sampai melarang pelajar memainkan Pokemon Go, menurut Sato hal itu sangat berlebihan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang peneliti Jepang dari perusahaan Infocom Research Inc, Hitoshi Sato, menyatakan bahwa larangan seorang menteri Indonesia agar tidak memainkan Pokemon Go di Indonesia merupakan hal yang berlebihan.
"Rasanya Pokemon Go sudah menjalar ke berbagai belahan dunia. Kalau di Indonesia dilarang oleh menteri dan lembaga lain, kayaknya itu berlebihan ya," kata Sato khusus kepada Tribunnews.com, Jumat (5/8/2016).
Memang diakuinya ada dampak negatif dari Pokemon Go seperti kecelakaan dan sebagainya.
"Tetapi permainan Pokemon Go rasanya cukup dengan pembatasan di berbagai hal agar tidak mengganggu belajar para pelajar misalnya," kata Sato.
Kalau seorang menteri sampai melarang pelajar memainkan Pokemon Go, menurut Sato hal itu sangat berlebihan.
Pokemon Go menurutnya bisa ikut memperlengkapi dunia pendidikan dengan berbagai variasinya sehingga seorang pelajar bisa tertarik belajar misalnya soal sejarah suatu lokasi bersejarah, dan berbagai hal.
"Tapi kalau sudah sampai kelupaan belajar, misal kelupaan belajar bahasa Inggris, kelupaan belajar matematika jadi terbengkalai, ya tentu saja itu tidak baik. Nah di situlah kita bisa memberikan pembatasan, dan bukan larangan," jelasnya.
Permainan Pokemon Go memang sangat perorangan karena bisa diinstal di semua ponsel terbaru terutama pengguna iPhone.
Unduh aplikasi yang gratis ini membuat banyak orang memang kecanduan untuk main Pokemon Go di berbagai tempat. Tak heran ada dampak kecelakaan di berbagai negara.
Sato yang ke Indonesia sejak 1986 dan pernah dua tahun tinggal di Indonesia saat berusia sekitar 10 tahun itu, memang sangat mencintai Indonesia. Sampai saat ini mungkin sudah ada sekitar 30 kali dia pergi pulang ke Indonesia.
"Saya sendiri lihat ada yang main Pokemon Go di depan Istana Negara. Hal ini juga baik mungkin untuk lebih mengenal sejarah Istana Negara serta fungsi istana itu sendiri sebagai bagian dari pendidikan," kata Sato.
Diakuinya saat ini hubungan ekonomi Indonesia Jepang sangat baik dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin akan semakin baik pula.
"Tetapi orang Jepang tampaknya lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia. Mungkin perlu lebih banyak lagi promosi pemerintah Indonesia di Jepang mengenai Indonesia dalam bahasa Jepang di masa mendatang," kata Sato yang terakhir ke Indonesia Januari 2016 lalu.