Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aktivis Anti Perang Asal Jepang Meninggal Dunia dalam Usia 101 Tahun

Aktivis anti perang Jepang yang pernah ditempatkan sebagai koresponden koran Asahi di Indonesia zaman Perang Dunia II, Takeji Muno meninggal dunia.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Aktivis Anti Perang Asal Jepang Meninggal Dunia dalam Usia 101 Tahun
Kyodo
Takeji Muno (101) aktivis anti perang Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Aktivis anti perang Jepang yang pernah ditempatkan sebagai koresponden koran Asahi di Indonesia zaman Perang Dunia II, Takeji Muno meninggal dunia, Minggu (21/8/2016) dalam usia 101 tahun.

Wartawan senior ini meninggal di rumahnya di Perfektur Saitama Minggu kemarin karena usia dan penyakitnya.

Setelah mengundurkan diri dari koran Asahi 15 Agustus 1945, Takeji membuat koran mingguan sendiri bernama Taimatsu yang berarti Obor.

Wartawan yang lahir di Perfektur Akita tersebut lulusan dari Universitas Bahasa Asing Tokyo dengan spesialis bahasa Spanyol. Kemudian bergabung dengan koran Asahi Shimbun menjadi wartawan perang Pasifik tahun 1940.

Setelah lima tahun menjadi wartawan dan koresponden di Indonesia maupun China akhirnya mengundurkan diri karena tulisannya yang dimuat membuat panas suasana, sehingga dia mengundurkan diri 15 Agustus 1945.

Setelah mengundurkan diri dia pulang ke Kota Yokote di Perfektur Akita dan mendirikan Taimatsi tahun 1948 yang isinya mengenai perang dan perdamaian, masalah pertanian dan pendidikan.

Berita Rekomendasi

Penerbitannya sampai dengan tahun 1978, lalu melanjutkan karyanya sebagai wartawan lepas, penulis buku dan penceramah di berbagai tempat.

Takeji juga mengkritik Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe karena berupaya mengubah UUD Jepang September tahun lalu.

Mei 2016 Takeji menggunakan kursi roda ikut rally bersama 50.000 pendemo lainnya guna melestarikan UUD Jepang.

Kata-katanya yang terkenal, "Mengapa selalu ada orang miskin, mengapa selalu orang kaya sombong. Kita harus mengubah semua ini dengan nafas besar."

Pandangan dan komentarnya selalu berasal dan memihak kepada sudut pandang orang yang lemah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas