RS di Jepang Keluarkan Peringatan Penyebaran Infeksi Campak dari Bali
Sebuah rumah sakit besar di Jepang mengingatkan masyarakat akan adanya kemungkinan penyebaran infeksi penyakit campak yang bersumber dari Bali.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebuah rumah sakit besar di Jepang, Pusat Kesehatan Global dan Pengobatan Nasional (National Medical Research Center), Rabu (24/8/2016) mengeluarkan peringatan kepada masyarakat Jepang akan adanya kemungkinan penyebaran infeksi penyakit campak yang bersumber dari Bali.
"Kejadiannya dari penonton yang berdomisii di Nishinomiy, Kobe Perfektur Hyogo, hadir di tengah 25.000 penonton konser musik raksasa di Makuhari Messe 14 Agustus lalu," ungkap sumber Tribunnews.com, Kamis (25/8/2016).
Penonton tersebut sebelumnya jalan-jalan di Bali selama 10 hari. Setelah kembali ke rumahnya di Hyogo, tanggal9 Agustus panas tubuhnya menjadi 39 derajat Celcius, demam setelah lebih dari 13 hari kemudian dan campak muncul di seluruh tubuhnya.
Pada tanggal 13 hingga 15 Agustus selain menghadiri konser musik 14 Agustus di Makuhari Messe, pria ini juga berada di Tokyo dan Kanagawa.
Saat kunjungan ke konser dengan pengunjung 25.000 orang ada kemungkinan penularan terjadi di lokasi itu.
Di rumahnya dia tinggal bertiga dengan anggota keluarga lainnya.
Menurut lembaga penyakit menular Jepang (National Institute of Infectious Diseases), campak menyebarkan infeksi penularan lewat udara, percikan maupun kontak.
Jika seseorang tidak memiliki kekebalan dan tersentuh virus, maka lebih dari 90 persen kemungkinan terinfeksi.
Setelah 10 hingga 14 hari masa inkubasi maka kondisi panas tubuh akan menjadi 38 derajat celcius dan berlangsung dua sampai empat hari. Lalu campak di seluruh tubuh muncul bersamaan dengan kondisi panas tubuh 39,5 derajat atau lebih.
Ada pula kemungkinan komplikasi seperti otitis media dan miokarditis. Selain itu, dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan komplikasi sistem saraf pusat, yang disebut gejala sisa tetap dalam 20 persen sampai 40 persen.
Selain itu, setelah infeksi pada anak usia dini, dapat pula terjadi "subakut sclerosing panencephalitis (SSPE)", dan ada juga menyebabkan penyakit fatal pada sistem saraf pusat progresif.
Pengobatan tidak lain adalah pengobatan simtomatik. Apabila vaksinasi dua kali vaksin dapat kebal 95 persen.
"Dari gejala awal mirip dengan flu biasa. Apabila merasa aneh segera kunjungi klinik atau rumah sakit karena ada kemungkinan risiko sekunder," kata sumber Tribunnews.
Oleh karena itu semua warga Jepang diharapkan kehati-hatiannya mengenai kesehatannya.
"Apabila tubuh terasa aneh, segeralah ke dokter," kata dia.