Kecewa Trump Menang, Rakyat California Ingin Jadi Negara Sendiri Lepas dari Amerika
Investor Silicon Valley, Shervin Pishevar, orang Amerika keturunan Iran, mengatakan ia bersedia membiayai kampanye pemisahan diri California.
Editor: Hasanudin Aco
"Investor Silicon Valley, Shervin Pishevar, orang Amerika keturunan Iran, mengatakan ia bersedia membiayai kampanye pemisahan diri California."
TRIBUNNEWS.COM, AS - Penduduk Califonia pada hari Selasa (8/11/2016) dengan jelas menyatakan tidak ingin melihat kandidat Partai Republik Donald Trump di Gedung Putih, dengan mayoritas dari mereka mendukung saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Sekarang, karena kecewa atas kemenangan Trump, mereka mencari jalan keluar lain.
Sekelompok separatis memanfaatkan ketidakpuasan setelah pemilihan presiden dengan mendorong 'Calexit', nama baru untuk prospek negara bagian itu memisahkan diri dari Amerika Serikat.
Nama itu diambil dari "Brexit," keputusan bersejarah rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Baca: Trump Menang, Indonesia Akan Dibanjiri Barang Impor dari China, Ini Sebabnya
Baca: Demo Anti-Trump Bentrok, Terjadi Penembakan, Lima Orang Jadi Korban
Pembahasan mengenai ide itu meluas di Twitter hari Rabu (9/11/2016), dengan ratusan cuitan bertagar #calexit berhamburan setiap menitnya sepanjang hari. Banyak di antaranya -- yang seringkali juga diimbuhi tagar #notmypresident, mengacu kepada Donald Trump -- mendukung gerakan itu.
"Saya tidak bisa mengidentifikasi diri saya dengan kefanatikan, seksisme, xenofobia," tulis seseorang di Twitter. "Saya bukan lagi orang Amerika, saya orang California."
Investor Silicon Valley, Shervin Pishevar, orang Amerika keturunan Iran, mengatakan ia bersedia membiayai kampanye pemisahan diri California. Ia mengatakan bangsa baru itu akan disebut New California.
California adalah negara bagian yang paling padat penduduknya di AS, mencakup 11,6 persen dari seluruh populasi Amerika, menurut data pertengahan tahun dari Badan Sensus AS.
Jika menjadi negara tersendiri, California akan menjadi negara terbesar ke-35 di dunia, menurut data PBB. Negara bagian ini memiliki perekonomian terbesar ke-6 di dunia, menurut data PDB global 2015.
Namun, meskipun Konstitusi AS menetapkan bagaimana sebuah negara bagian diakui oleh Amerika Serikat, tidak ada penjelasan soal kebalikannya. [ps/al].
Sumber: VOA Indonesia