Anggota ISIS yang Sering Penggal Kepala Orang Ini Rindu dengan Kucing Peliharaannya
Anggota ISIS asal Perancis itu dikaitkan dengan sejumlah aksi teror di Eropa termasuk pembunuhan polisi dan istrinya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BAGHDAD - Seperti apa pandangan seorang anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terkait apa yang sudah dilakukan organisasi tersebut selama sekitar dua tahun terakhir?
Untuk pertama kalinya sebuah wawancara resmi dilakukan dengan salah satu anggota penting ISIS, yaitu Rachid Kassim (29).
Anggota ISIS asal Perancis itu dikaitkan dengan sejumlah aksi teror di Eropa termasuk pembunuhan polisi dan istrinya di dekat Paris, dan pembunuhan pastor di Normandia.
Rachid diyakini menggunakan aplikasi Telegram yang terenkripsi untuk menyebarkan perintahnya hingga aplikasi itu ditemukan intelijen Perancis pada September lalu.
Pria kelahiran Perancis itu akhirnya bersedia memberikan wawancara resmi kepada Amarnath Amarasingam, akademisi dengan spesialiasi riset ekstremisme dan berbasis di Washington DC, AS.
Dalam wawancara itu, Rachid membicarakan banyak hal termasuk perasaannya saat memenggal kepala seorang sandera.
Rachid muncul dalam sebuah video propaganda ISIS pada Juli lalu, enam hari setelah Mohamed Lahouaiej Bouhel menabrakkan truknya di kota Nice dan menewaskan 86 orang.
Dalam video itu, Rachid memuji aksi di Nice dan mengancam akan menggelar lebih banyak aksi teror di Perancis.
Dia juga menyerukan pembunuhan mereka yang dianggap musuh-musuh ISIS.
Saat ditanya soal perasaannya tentang pembunuhan yang dilakukannya, inilan jawaban Rachid.
"Memotong kepala seekor hewan, bisa jadi pekerjaan yang sulit. Namun, memenggal musuh Tuhan, adalah sebuah kebahagiaan," ujar Rachid.
Rachid membawa istri dan putrinya ke Suriah saat meninggalkan Perancis dengan diam-diam.
Kala itu dia hanya membawa uang sebesar 1.500 euro atau sekitar Rp 22 juta.
Saat tinggal di Perancis, Rachid berada di bawah pengawasan ketat karena pandangan-pandangannya yang radikal.
"Saya berpikir soal menyerang Perancis saat saya masih berada di sana, dan keluarga saya menjadi ketakutan," kata dia.
"Polisi mengenal saya. Tiap kali saya lari pagi, selalu ada dua polisi mengikuti saya. Lalu mereka bersembunyi, sungguh tak masuk akal," tambah dia.
"Saat kami pergi, kami meninggalkan segalanya termasuk kucing kesayangan saya. Kucing itu saya tinggalkan di Gaziantep. Itulah salah satu hal menyedihkan saat saya harus pergi ke Suriah," lanjut dia.
Sementara soal kota Mosul yang sedang digempur pasukan Irak dan koalisinya, Rachid mengatakan, tak terlalu merisaukan jika kota itu terlepas dari kendali ISIS.
Sumber: Mirror