Peneliti Jepang Temukan Anti Virus Penyebab Red Tide
Peneliti Jepang berhasil memecahkan masalah Red Tide (Akashio) yang membuat laut atau air menjadi merah karena tercemar virus plankton.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYOA - Peneliti Jepang berhasil memecahkan masalah Red Tide (Akashio) yang membuat laut atau air menjadi merah karena tercemar virus plankton.
Menurut Kementerian Pertanian Kehutanan dan Perikanan Jepang, penemuan ini yang pertama kalinya di dunia.
"Sebuah kelompok peneliti berhasil menemukan anti virus dari masalah Red Tide yang mencemarkan air laut menjadi berwarna kemerahan atau kecoklatan," kata sumber Tribunnews.com di Kementerian Pertanian Jepang, Senin (21/11/2016).
Organisasi pendidikan dan penelitian perikanan, Seto Inland Sea Ward Fisheries Research Institute telah berhasil menemukan teknologi untuk mengantisipasi penyebaran virus yang mengakibatkan terjadinya Red Tide di laut dan rencana tahun depan akan diterapkan di Jepang.
Red tide adalah fenomena di mana laut dan sungai, kanal, danau, dan lainnya berubah warna oleh pertumbuhan abnormal plankton.
Meskipun air disebut sebagai "red tide" karena sering berwarna merah, warna air tergantung pada plankton dari pewarna yang menyebabkan oranye, merah, cokelat kemerahan, cokelat, dan sejenisnya.
Menyebabkan organisme pasang merah, mungkin memiliki berbagai karotenoid selain klorofil sebagai pewarna banyak, ini tampaknya terjadi karena sel-sel menunjukkan oranye atau merah, yang berarti mengalami kerusakan sel.
Akibat red tide tersebut kerugian perikanan di Jepang mencapai sedikitnya 600 juta yen karena kematian ikan aquacultured.
Pada pihak lain, seorang peneliti senior di Kota Hatsukaichi Perfektur Hiroshima, Natsuko Nakayama, menekankan bahwa semua itu akibat virus yang membuat infeksi plankton yang ada di dasar air laut.
Virus menghancurkan 3 dari 5 jenis plankton dan menyebar luas. Penelitian di Niigata bulan lalu mengambil lumpur dasar laut menunjukkan adanya virus tersebut dan dalam lima hari 99 persen plankton lain menjadi mati akibat virus tersebut.
Kini Jepang berhasil mengembangkan dan menemukan antisipasi atas red tide tersebut.
"Hasil penelitian kita menunjukkan tidak ada dampak apa pun kepada manusia atau mahluk hidup atas obat yang dipakai untuk membunuh virus tersebut dan harganya juga murah. Ini bisa dipakai untuk menghantam masalah red tide tersebut," kata Nakayama.