Kesenjangan Kaya-Miskin di Amerika Serikat Paling Tinggi, Pasca-Krisis
Data OECD menunjukkan, AS merupakan salah satu negara yang mengalami kesenjangan terbesar.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC- Orang-orang kaya ternyata menjadi pihak yang meraup keuntungan dari pemulihan ekonomi dunia setelah krisis tahun 2008.
Sementara, kelompok miskin tetap gigit jari. Dalam laporan terbarunya, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan, kaum miskin – yang paling terpukul akibat krisis keuangan – telah ‘tertinggal’ dalam pemulihan ekonomi global.
“Buah-buah pemulihan ekonomi belum terbagi secara merata,” demikian dinyatakan OECD, Kamis (24/11).
Di studinya, OECD menemukan warga yang masuk kelompok 10% masyarakat dengan penghasilan terendah di negara maju melihat pendapatan riil mereka turun 16,2% di sepanjang 2007-2010.
Sementara kalangan yang berada dalam kelompok 10% pendapatan tertinggi di negara maju, hanya merasakan penurunan pendapatan riil sebesar 4,6% dalam periode yang sama.
Dampak pemulihan ekonomi terhadap pendapatan juga tidak merata.
Dalam kurun waktu 2010 - 2014, kelompok masyarakat yang berada dalam kategori 10% pendapatan terbawah hanya menikmati kenaikan pendapatan 1,6%.
Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5,2% yang dinikmati kelompok masyarakat dengan penghasilan tertinggi.
Ya, hasil akhirnya adalah ketimpangan pendapatan. Gaji yang diterima warga yang masuk kelompok 10% pendapatan tertinggi telah pulih ke tingkat sebelum krisis pada tahun 2014.
Sementara, pada tahun yang sama, upah kelompok masyarakat termiskin justru lebih rendah 14% dibandingkan upah mereka sebelum krisis.
Data OECD menunjukkan, AS merupakan salah satu negara yang mengalami kesenjangan terbesar.
Warga Amerika Serikat yang masuk kelompok 20% penghasilan tertinggi memperoleh penghasilan merika dengan pendapatan di atas 20% penghasilan 8,7 kali lebih banyak dibandingkan dengan warga yang masuk kelompok 20% penghasilan terendah.
Para pemimpin dunia sepakat bahwa kesenjangan pendapatan ini adalah masalah besar.
Pada KTT G20 terbaru di China, para pimpinan 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia menyerukan adanya upaya yang lebih banyak untuk memastikan agar pertumbunan ekonomi tidak inklusif.
Dalam studi lain yang juga dipublikasikan Kamis (24/11), Institute of Fiscal Studies menyatakan, hingga tahun 2021 kelak, pendapatan rata-rata di Inggris belum akan bisa pulih ke level sebelum krisis.
Pemulihan sepenuhnya tertunda akibat keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).