Warga Bali di Tokyo Galang Dana Pulangkan Jenazah Gusti Bagus ke Desa Gitgit
Pemulangan jenazah I Gusti Bagus Susila Sana dari Kota Ibaraki ke kampung halamannya di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, mengalami kesulitan
Editor: Dewi Agustina
Selain menggalang dana, juga dilakukan rapat untuk membahas masalah administrasi dan teknis pemulangan jenazah Bagus.
Dari penggalangan dana kepada warga Bali di Jepang sampai tadi malam terkumpul 77.000 yen. Besaran dana yang terkumpul kemungkinan akan bertambah karena penggalangan dana terus dilakukan.
"Terima kasih kepada Keluarga Besar Banjar Bali Tokyo atas partisipasi dan solidaritas untuk semeton kita warga Bali yang terkena musibah. Biar pun kita tidak kenal dengan almarhum tapi di rantau kita tetap satu keluarga, satu tanah air," kata Putu "Leong" Suantara, seorang warga Bali yang tinggal di Tokyo, Jepang, tadi malam.
Setelah dana yang terkumpul sudah mencukupi, rencananya jenazah Bagus akan dipulangkan ke Bali pada Selasa (10/1/2017) besok.
Krama Bali di Jepang pun berharap proses pemulangan akan berjalan lancar tanpa ada masalah mengingat status Bagus yang menjadi TKI ilegal.
"Kita di sini berusaha semampunya. Almarhum statusnya tidak dinaungi agen, jadi asuransi tidak ada. Sekarang kami menunggu kepastian dari pihak KBRI dan pemerintah Jepang, kami juga di sini berdoa semoga diberi kemudahan. Selebihnya berharap semoga KBRI dan pemerintah Jepang memberi kemudahan," ujar Putu Leong yang dihubungi lewat chat di facebook.
Sebelumnya, krama Bali di Jepang sudah berkoordinasi dengan KBRI.
Menurut Putu Leong, KBRI memberikan waktu tiga hari kepada komunitas warga Bali di Jepang untuk mengurus administrasi pemulangan jenazah Bagus.
"Dengan diberikannya batas hanya tiga hari oleh KBRI untuk menyelesaikan administrasi kepulangan almarhum, ketua dan pengurus ASOBI mengadakan rapat pada hari Minggu untuk mempercepat proses. Kami meminta partisipasi teman-teman yang ada di Jepang," katanya.
Kontrak Habis
Gusti Bagus sudah sekitar empat tahun bekerja di Jepang.
Saat pertama kali berangkat ke Jepang, ia dikontrak tiga tahun di sebuah perusahaan buah-buahan di Kota Ibaraki, sejak Juli 2011 lalu.
Namun setahun terakhir Gusti Bagus yang kontraknya sudah habis memilih untuk tidak pulang ke Bali, tetapi bekerja serabutan di sekitar wilayah Kota Ibaraki.
"Dia meninggal karena serangan jantung, sudah empat tahun dia kerja di Jepang, tiga tahun dikontrak magang di industri buah-buahan, setelah itu sekarang serabutan di Ibaraki," ujar Anton, kolega Bagus Susila yang juga pekerja di Kota Ibaraki asal Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Selama empat tahun bekerja di Jepang, Bagus sama sekali belum pernah ke rumahnya di Desa Gitgit.