Belum Raih Grand Prix di Kancah Internasional KWN, Kepala Sekolah Anggap Keberhasilan Tertunda
Nani melihat persaingan snagat ketat dan memang dimengerti karena tingkat dunia dengan 100 peserta bersaing dari 18 negara.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Panasonic Corporation membuat acara dunia Kid Witness News (KWN) dengan final Jumat ini (4/8/2017) namun belum ada yang menang baik dari Sekolah Dasar (SD) maupun dari SMP Indonesia dari 18 negara yang ikut terpilih untuk acara tersebut.
“Saya menganggap hanya keberhasilan yang tertunda. Karena sesungguhnya kita kan sudah jadi juara, menjadi wakil dari Indonesia untuk sekolah dasar (SD),” papar Nani Ariyani, M.Pd., Kepala sekolah SD Islam Al Azhar 17 Bintaro Tangerang Selatan, khusus kepada Tribunnews.com sore ini (4/8/2017).
Nani melihat persaingan sangat ketat dan memang dimengerti karena tingkat dunia dengan 100 peserta bersaing dari 18 negara.
Pemenang GrandPrix hadiah tertinggi SD dari Beijing China dan GrandPrix untuk SMP dari Iwaki Fukushima Jepang. Plus pemenang hadiah lain yang diraih oleh Jepang, Malaysia, United Arab Emirates, Jerman, Thailand.
“Biar bagaimana pun ini adalah kesempatan sangat baik dan berharga bagi murid kami, yang sangat berarti bagi masa depan mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat global,” tambah Nani lagi.
Kami yakin dengan mengikuti ini anak-anak murid kami akan semakin tertanam rasa percaya diri, motivasi belajar yang lebih tinggi lagi nantinya.
“Anak-anak tentu diharapkan dapat lebih terpacu punya semangat belajar lebih tinggi. Dengan belajar tentu akan punya prestasi dan mendorong teman lain supaya ikut terpacu berprestasi pula, semua akan jadi murid yang terbaik di masa depan.”
Prestasi bukan hanya menjadi kebanggaan kami warga Al-Azhar tetapi juga kebanggaan selutuh civitas academica baik di lingkungan sekolah khususnya bagi Indonesia
“Kita kan ke Tokyo ini mewakili Indonesia khususnya tingkat SD. Jadi ini merupakan satu pengalaman tak terlupakan, sangat berharga bagi kami semua.”
Bagaimana dengan tahun depan, apakah mau ikut lagi acara KWN?
“InsyaAllah tidak putus asa tahun depan terus memacu anak-anak untuk tetap berprestas. Kalau kita diberikan kesempatan untuk bisa hadir lagi, InsyaAllah kami akan ikut kembali.”
Apa yang ibu peroleh dari kunjungan ke Jepang ini?
“Kami banyak belajar dari culture yang ada di Jepang selain dari sisi teknologi yang sangat canggih, demikian pula kebersihan sanitasi yang luar biasa Jepang ini.”
Kesungguhan orang Jepang berinteraksi dengan kita sangat antusias tinggi dengan rasa membantu juga sangat tinggi.
“Kita akan terapkan hal-hal positip itu kepada murid-murid kita di Indonesia nantinya.
Ingin menularkan tentang nilai yang kita dapatkan di Jepang agar dapat mendorong terus anak-anak supata bisa tetap berprestasi.”
Nani berharap anak-anak muridnya bisa punya kesungguhan belajar yang tinggi disertai berdoa. Kesungguhan akan memberikan manfaat bagi orang lain
“Kami juga sangat berterima kasih kepada pihak orangtua murid, Ibu Ade, Ibu Ori dan keluarga besarnya, termasuk seluruh guru murid kami yang sudah berikan kesempatan kami berangkat ke sini. Demikian pula pejabat tingkat dinas pendidikan Kota Tangerang selatan, Wakil Gubernur Banten. Tak lupa pula Bapak Made guru tari Bali yang sudah support kami sehingga akhirnya kami bisa mewakili Indonesia jadi delegasi di Tokyo ini.”
Nani juga percaya, karena ajang kompetisi pasti ada yang terpilih dari yang terbaik.
“Anak kami berusaha semaksimal mungkin yang terbaik. Untuk itu kami akan dorong prestasi mereka supaya lebih baik lagi di masa depan.”
Nani yang berusia 44 tahun ini juga berhasil mengelola sekolahnya sheingga memiliki berbagai prestasi misalnya di bidang pencak silat juara ke-5 se propinsi Banten. Demikian pula ditunjuk Dinas Pendidikan menjadi SD yang akan memperoleh Adiwiyata, sekolah yang kedepankan kebersihan cinta lingkungan.