Makin Panas, Korea Utara Rilis Video Propaganda Peluncuran Rudal ke Guam
Video itu menunjukkan bagaimana Guam menjadi target penembakan rudal balistik Korea Utara.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG - Korea Utara merilis sebuah video propaganda terkait ancaman peluncuran rudal ke wilayah teritorial AS, Guam.
Video tersebut dirilis Sabtu (19/8/2017), yang memperlihatkan sosok Presiden AS Donald Trump memandang sebuah kuburan penuh salib.
Muncul pula Wakil Presiden AS Mike Pence yang diselimuti api dalam video berdurasi nyaris empat menit itu.
Video itu menunjukkan bagaimana Guam menjadi target penembakan rudal balistik Korea Utara.
"AS harus membuka mata dan telinga mereka. Mereka akan disiksa siang dan malam oleh roket-roket Hwasong-12, tanpa tahu kapan itu akan diluncurkan," demikian isi tulisan pada video.
Hwasong-12 merupakan rudal balistik jarak sedang sampai jauh yang rencananya akan digunakan dalam peluncuran tersebut.
Video tersebut juga memunculkan foto Menteri Pertahanan AS James Mattis dan menyebut agar AS berpikir masak atas semua langkah yang diambil.
Perilisan video itu menyusul ancaman Korea Utara kepada AS sebagai bentuk peringatan terhadap latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan.
Adanya kerja sama dan aktivitas gabungan antara AS dan Korea Selatan ternyata membuat Korea Utara panas dan malah menganggap itu sebagai upaya AS untuk menciptakan "perang".
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menerima laporan dari pasukan militernya soal rencana peluncuran rudal, Selasa (15/8/2017).
Baca: Polisi Beberkan Peran Tiga Bos First Travel
Namun, Kim memutuskan untuk sementara menunggu dan mengawasi AS sebelum melakukannya.
Menurut Kim, ia ingin melihat terlebih dahulu bagaimana AS menyikapi rencana peluncuran rudal itu, yang diharapnya bisa ditanggapi secara tidak main-main oleh AS.
Meski mengundur rencananya, Kim tetap memerintahkan pasukannya untuk selalu siap "bertempur" kapan pun perintah datang darinya.
Atas segala ancaman Korea Utara soal serangan rudal ke AS, Trump sebelumnya telah memperingatkan negara itu bahwa ia akan merespons dengan "api dan kemarahan". (Telegraph)