Duterte Siap Ajak Jokowi Bentuk Pasukan Khusus untuk Lawan ISIS
Duterte pun mengatakan bahwa dirinya hendak membuka akses perbatasan Filipina secara khusus untuk otoritas Indonesia dan Malaysia.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte siap mengajak Presiden Joko Widodo untuk membentuk pasukan khusus anti-ISIS.
Minggu (3/9/2017), Duterte mengatakan dirinya hendak bertemu dengan Jokowi untuk mendiskusikan kerja sama di bidang anti-terorisme.
Selain Jokowi, Duterte juga akan mengajak Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
"Kami bertiga sudah sepakat untuk membicarakan masalah itu. Tinggal cari waktu yang tepat untuk bertemu," kata Duterte kepada awak media.
"Kemungkinan kami akan membahas soal pembentukan pasukan khusus gabungan," katanya saat ditanya soal apa yang akan dibicarakan.
Duterte pun mengatakan bahwa dirinya hendak membuka akses perbatasan Filipina secara khusus untuk otoritas Indonesia dan Malaysia.
Langkah itu diyakini Duterte dapat mendukung upaya ketiga negara dalam menumpas militan teror yang sedang menggerogoti Asia Tenggara, terutama yang tengah berulah di Marawi.
Pertemuan telah disepakati oleh Duterte, Jokowi, dan Najib untuk dilakukan di luar Filipina, antara Sabah atau Jakarta.
Yang terpenting bagi Duterte adalah pertemuan itu harus dilakukan sesegera mungkin, mengingat konflik di negaranya semakin serius.
Menurut Duterte, penanganan terhadap teroris harus dilakukan serius dan menggunakan tenaga besar, agar upaya yang dilakukan tidak sia-sia.
Negara-negara di Asia Tenggara telah sepakat untuk menggunakan pesawat dan drone pengintai demi menghambat pergerakan militan teror di perbatasan mereka.
Baca: OTT KPK di Pamekasan, Komisi III DPR Rapat Tertutup Dengan Jamintel
Ini dilakukan atas kekhawatiran terhadap penyebaran pergerakan militan terinspirasi ISIS di Asia Tenggara.
Sebelumnya pada November, Filipina setuju untuk memperbolehkan Malaysia dan Indonesia menangkap penjahat di wilayah perairannya.
Hal itu dilakukan untuk membasmi penculikan dan pembajakan kapal serta nelayan asing yang kerap dilakukan oleh militan Abu Sayyaf. (ABS CBN/Interaksyon)