Butuh Uang untuk Merawat Ibunya, Mahasiswi Indonesia Ini Pilih Jadi Bintang Porno Jepang
Maka terjun lah pelajar tersebut jadi pemain porno di Jepang dengan nama samaran Sera Amane.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JEPANG - Cewek asli Indonesia ini diprediksi jadi bahan pembicaraan.
Sera Amane namanya. Usianya 20 tahun.
Seorang perempuan warga negara Indonesia asal Jakarta yang sedang belajar di Tokyo Jepang mulai memasuki dunia film porno sejak bulan Juli lalu.
Kini filmnya mulai dijual terhitung Kamis (7/9/2017) besok.
"Dia ditemukan seorang fotografer profesional Jepang di Tokyo lalu diajak main film porno dan bersedia. Lalu diajak ke Jakarta sekalian mengunjungi ibunya," ungkap sumber Tribunnews.com, Rabu (6/9/2017).
Sang ibu menurut sumber itu, sedang sakit keras dan membutuhkan banyak biaya untuk pengobatannya di Jakarta.
Baca: Kenalan di FB, Berhubungan Seks, Minta Nikah, Lalu Larikan Mas Kawin
Sementara biaya kuliahnya di Jepang tidak sedikit dan terpaksa harus dibiayai sendiri sekaligus perlu uang untuk membantu ibunya tersebut.
Maka terjun lah pelajar tersebut jadi pemain porno di Jepang dengan nama samaran Sera Amane.
Filmnya mulai dijual besok dengan harga tiket 2.036 yen.
Baca: Selain Nadine, Hamish Daud Pernah Dekat dengan Aktris Amerika Ini?
Produsernya Duke, warga Jepang dengan nama samaran.
Film berdurasi sepanjang 125 menit tersebut memperlihatkan Sera Amane sedang berjalan-jalan ke kawasan Kota Tua di Jakarta Utara sedang naik bajaj.
Juga syuting di Bandara Soekarno Hatta setibanya di Jakarta.
Sera melakukan syuting film porno di sebuah hotel di Indonesia sekaligus dengan dua pria Jepang usia sekitar 40 tahun.
Seperti film porno umumnya di Jepang, bagian sensitif diblur agar tidak terlalu jelas.
Namun yang pasti adegan intim sesungguhnya seperti film porno Jepang umumnya.
Ada sedikit adegan hard-sex dengan mulut disumpal logam, leher diikat dan bagian belakang tubuhnya dicambuk.
Film porno ini adalah yang pertama dimainkan Sera Amane.
Sumber Tribunnews.com mengungkapkan, uang yang dibayarkan sekali main film porno di Jepang tidak lebih dari satu juta yen (bersih) atau sekitar Rp 125 juta.
Selama ini pemain porno warga Indonesia di Jepang yang diproduksi oleh pembuat film porno besar Jepang baru ada dua orang.
Sera Amane adalah WNI kedua yang bermain film porno di Jepang.
Pemain film porno lain dari ASEAN yang main di Jepang kebanyakan dari Thailand, Filipina dan Vietnam.
Pensiun dari Film Dewasa, Bintang Jepang Ini Dicibir
Belum lama beredar kabar pensiunnya Miyabi atau Maria Ozawa.
Pensiunnya Miyabi dan keunikan industri esek-esek di Jepang memang unik.
Seperti diungkapkan dalam wawancara dengan GMA Network pada pertengahan 2015, alasan pensiunnya wanita top di industri esek-esek Jepang ini adalah ingin bekerja sesuai dengan mimpinya di industri film (biasa) dan dunia hiburan.
Keputusan itu sempat dicibir banyak orang sehingga Maria pun memutuskan pindah ke Filipina.
Bukan hal mudah bagi pemain industri porno di Jepang untuk pensiun. Terlebih mereka yang tidak bisa mengubah gaya hidupnya.
Di industri porno mereka dengan mudah mencari uang. Sementara tak banyak lowongan pekerjaan yang bisa diisi mereka yang pensiun selain di dunia hiburan juga.
Perlu diketahui saja, setiap bulan di Jepang keluar sekitar 4.000-an judul film esek-esek.
Anehnya, pemain wanitanya sangat dominan dibandingkan pemain prianya.
Dari sekitar 6.000-an bintang film porno wanita, hanya ada 70-an pemeran pria.
Sedikitnya pemain pria membuat Ken Shimizu – salah satu aktor industri esek-esek Jepang – mengaku lelah. Bayangkan, ia pernah tidak bisa liburan selama tujuh tahun!
“Jumlah bintang porno laki-laki di Jepang lebih sedikit dari jumlah harimau bengal,” cuit Shimizu di Twitter.
Sementara, besarnya animo siswi SMA atau mahasiswi terjun di industri porno karena memburu penghasilan.
Kerja sambilan di JAV tersebut menuai upah yang cukup besar setiap bulan, yakni 250 ribu yen (setara Rp27,5 juta).
Anehnya, dengan banjirnya video esek-esek itu, kasus pemerkosaan atau angka kejahatan seksual di Jepang sangat rendah.
Berbeda dengan di Indonesia yang banyak kasus pemerkosaan dipicu oleh tontonan video esek-esek yang beredar illegal.
Bisa jadi norma yang masih berlaku ketat di masyarakat Jepang serta cap “memerkosa adalah perbuatan gila” menjadikan kasus kejahatan seksual di Jepang sedikit.
Hukuman terhadap pelaku kejahatan seksual juga keras.
Selain itu Jepang juga mengatur secara ketat dalam hal visualisasi film porno.
Film porno memang legal, tetapi coba perhatikan film-film porno mereka.
Bagian-bagian vital disensor. Bila kita temukan film porno Jepang tanpa sensor, bisa dipastikan film-film itu dikuasai Yakuza.(*)