Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kutukan Soal Serangan Udara AS Di Suriah Diklaim Rusia Sebagai Reaksi Dunia

Rusia, sebagai negara pendukung utama Presiden Suriah Basha al-Assad, menyampaikan kecamannya setelah beberapa jam serangan tersebut dilakukan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kutukan Soal Serangan Udara AS Di Suriah Diklaim Rusia Sebagai Reaksi Dunia
captured by Deutsche Welles video
Kepala Komite Urusan Luar Negeri Dewan Federasi Rusia, Konstantin Kosachev 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW - Rusia, sebagai sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengecam Amerika Serikat (AS) atas serangan udara yang dilancarkan ke Suriah, seperti halnya Iran.

Meskipun hasil voting dalam pertemuan darurat Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menunjukkan perpecahan dukungan, ada negara yang meminta pihak yang terlibat konflik regional itu untuk menahan diri dan tidak melakukan serangan lanjutan, ada pula yang mendukung terjadinya serangan tersebut.

Dikutip dari laman Deutsche Welle, Minggu (15/4/2018), ratusan warga Suriah pro pemerintah turun ke alun-alun utama di Damaskus pada Sabtu pagi untuk menentang serangan udara yang diluncurkan pasukan AS dan sekutunya, Perancis dan Inggris pada malam sebelumnya.

Baca: Markas Militer Iran di Suriah di Bom Pesawat Tempur Tak Dikenal

Banyak diantara warga Suriah yang membunyikan klakson, mengibarkan bendera Suriah bersama dengan orang-orang yang berasal dari negara sekutu pemerintah, yakni Rusia dan Iran.

Baca: Minta Tolong Angkat Galon Air Mineral, Pemuda Ini Perkosa Tetangga Kamar Indekos

Berita Rekomendasi

Hal itu karena kedua negara sekutu Suriah itu mengecam keras serangan udara presisi yang dilakukan AS dan sekutunya dan menganggap tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional.

Sementara itu, serangan udara tersebut telah meningkatkam peringatan dunia internasional atas kemungkinan terjadinya eskalasi konflik militer regional.

Beberapa negara di Timur Tengah serta organisasi internasional menyuarakan dukungan mereka untuk aksi udara yang dipimpin AS itu.

Rusia, sebagai negara pendukung utama Presiden Suriah Basha al-Assad, menyampaikan kecamannya setelah beberapa jam serangan tersebut dilakukan.

Dalam pernyataan yang disampaikan Gedung Kremlin pada Sabtu pagi, Rusia mengecam keras serangan AS dan sekutu terhadap Suriah dan mengklaim bahwa militer Rusia membantu pemerintah yang sah dalam perang melawan terorisme.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa serangan tersebut hanya akan memperburuk situasi kemanusiaan di negara Timur Tengah yang tengah dilanda perang itu.

Ia juga menyerukan ulang panggilan untuk menggelar pertemuan khusus Dewan Keamanan PBB.

Rusia, Perancis, Inggris dan AS, semuanya merupakan anggota tetap Dewan, begitu pula Cina.

Terkait tanggapan pemerintah Rusia mengacu pada serangan itu, muncul setelah Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov memperingatkan bahwa serangan udara tidak akan dibiarkan tanpa adanya konsekuensi.

Pemerintah Rusia pun menggambarkan keputusan yang diambil AS dan sekutunya itu untuk menargetkan lokasi militer dan penelitian sebagai pembalasan atas dugaan serangan senjata kimia, sebagai bentuk pelanggaran hukum internasional.

Baca: Sekuel Jurassic World Tayang Juni, Ada Dinosaurus Baru dan Kembalinya Aktor Lama

Kepala Komite Urusan Luar Negeri Dewan Federasi Rusia, Konstantin Kosachev mengatakan serangan udara di Suriah merupakan serangan terhadap negara berdaulat tanpa ada dasarnya.

Sementara itu, pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump semakin memojokkan Rusia karena dinilai gagal mencegah penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh pemerintah Suriah terhadap warga sipil.

Namun Moscow dan Surah malah menuding negara Barat menggunakan isu 'serangan kimia' pada pekan lalu di Douma, sebagai cara untuk membenarkan terjadinya tindakan militer.

Pada Sabtu lalu Kosachev juga mengkritisi pemilihan waktu serangan udara yang terjadi di Suriah.

Ia menuduh AS dan sekutunya menghalangi penyelidikan oleh Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) yang dijadwalkan akan dimulai pada akhir pekan ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas