Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Benarkah Wanita Dilarang Masuk Ring Sumo di Jepang?

Kasus wanita masuk ring sumo 4 April lalu mengingatkan pada kasus serupa, larangan wanita masuk ring sumo sejak lama.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Benarkah Wanita Dilarang Masuk Ring Sumo di Jepang?
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Seorang wanita tenaga medis (baju biru) naik ke ring sumo, ingin membantu seseorang yang pingsan di ring sumo 4 April lalu ditegur dan diminta ke luar pihak panitia. 

Lalu bulan Februari 2000, Fusae Ota, Gubernur Osaka juga ingin menyampaikan award Gubernur pada acara final sumo dan ternyata ditolak naik ke atas ring sumo.

Penolakan wanita masih belum selesai.

Saat upacara pensiun pesumo, pemotongan rambut, lalu gunting ditaruh wanita (ibu pesumo) di atas ring sumo sempat juga menjadi masalah saat Ozeki Chiyotaikai Ryuji diupacarakan pensiun di ring sumo.

Kemudian upacara potong rambut oleh ibunya, Mie, di pinggir ring sumo tahun 2011 dan ibunya menaruh gunting di ring sumo langsung kena 'semprot' panitia.

Baca: Keputusan Usung Gatot Ikut Pilpres Harus Lewat Majelis Syuro

Sumo diumumkan menjadi olahraga nasional di Jepang sejak Maret 1884 oleh Kaisar Meiji, Mutsuhito yang juga menghadiri kejuaraan sumo saat itu.

Begitu tertutupkah Sumo bagi wanita?

BERITA TERKAIT

"Bukan tertutup, tetapi Sumo adalah bagian dari agama Shinto, tradisi Jepang yang memang melarang wanita masuk ke ring sumo. Jadi jangan disamakan dengan diskriminasi," kata sumber itu.

Kepercayaan Shinto melihat, pada wanita terjadi menstruasi dan hal itu mengotori ring sumo yang dianggap suci untuk sebuah perayaan ritual.

"Jadi sumo juga dianggap sebagai satu bagian ritual Shinto yang harus tetap dijaga kebersihannya, tak boleh tercemar oleh darah kotor dari wanita," kata dia.

Baca: Ratusan WNA Penghuni Rudenim Ngamuk, Minta Dibebaskan dan Dipindahkan ke Luar Balikpapan

Tidak semua orang mengkritik tradisi tersebut sebagai diskriminasi gender.

Makiko Uchidate, seorang penulis dan mantan anggota Dewan Asosiasi Sumo Yokozuna, berpendapat pemisahan gender adalah kebiasaan yang telah lama dipegang.

Bahwa masalah harus dilihat secara terpisah antara diskriminasi gender dengan tradisi dan ritual kepercayaan Shinto, jangan dicampur aduk.

Pengumuman dengan menggunakan loudspeaker yang melarang wanita naik ke ring sumo, walaupun tenaga medis, memang telah diantisipasi dengan minta maaf dari pihak Asosiasi Sumo Jepang.

Namun bisakah kita membayangkan apabila suatu waktu PM Jepang adalah seorang wanita dan ingin menyampaikan sendiri Award PM Jepang kepada sang pemenang.

Apa yang akan terjadi nantinya?

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas