Donald Trump, Presiden Paling Rajin Bikin Kebijakan dan Pernyataan Kontroversial
November 2018, Donald Trump meminta pemerintah Meksiko mendeportasi para imigran yang mencoba masuk ke AS.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Drama kepresidenan Amerika Serikat (AS) pada 2018 ini, tampaknya lebih menarik ditonton daripada menyaksikan hiburan yang ditampilkan tayangan sinetron komedi (sitkom) negara itu.
Sejak awal 2018 hingga menjelang pergantian tahun menuju 2019, pertunjukan drama ini selalu menghadirkan pemain utama yang tak lain adalah Presiden AS sendiri, Donald Trump.
Donald Trump bisa dianggap sebagai salah satu pemimpin dunia yang rajin 'curhat' melalui cuitannya dalam akun Twitter pribadinya.
Beragam pernyataan kontroversial sering Donald Trump munculkan pada postingannya di akun Twitter.
Mukai dari hubungan memanas 'panas dingin' antara dirinya dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, kemudian sikap dinginnya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, hingga perang dagangnya dengan Tiongkok yang hingga kini masih belum selesai.
Banyak cuitan dan pernyataan Donald Trump pada konferensi pers yang, membuatnya terlihat seperti sosok yang gemar memunculkan suatu keanehan, hal yang traumatis dan fantastik.
Pada 29 Maret 2018, Donald Trump meningkatkan serangannya ke perusahaan raksasa Amazon.
Donald Trump menyebut perusahaan tersebut tidak membayar pajak yang cukup. Selain itu Donald Trump juga menegaskan bahwa ia mungkin saja akan mengendalikan bisnis e-cpmmerce di negara itu.
Komentarnya itu diposting melalui cuitan pada Twitternya, Donald Trump menuduh Amazon telah membuat ribuan retailer lokal keluar dari bisnis tersebut dan beralih menggunakan Layanan Pos AS sebagai 'jasa pengiriman mereka'.
Di April 2018, Donald Trump menanggapi pertemuan mantan Direktur CIA yang kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un.
Saat itu Mike Pompeo masih menjadi kandidat terkuat yang diajukan Trump untuk mengisi posisi sebagai Sekretaris Negara.
Mike Pompeo melakukan pertemuan diplomatik rahasia di Korut untuk membantu mempersiapkan pertemuan KTT antara Donald Trump dan Kim Jong Un.
Trump mengatakan seharusnya Pompeo tidak menemui Kim Jong Un. Namun ia mengklaim pemimpin negara komunis di Asia Timur Kim Jong Un yang telah mengatur pertemuan tersebut.