Donald Trump, Presiden Paling Rajin Bikin Kebijakan dan Pernyataan Kontroversial
November 2018, Donald Trump meminta pemerintah Meksiko mendeportasi para imigran yang mencoba masuk ke AS.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Lalu Juli 2018, Donald Trump pun 'panen' kontroversi, yang dimulai dari permasalahan yang dialami pejabat terdekatnya, Kepala Badan Perlindungan Lingkungan AS Scott Pruitt yang mundur dari jabatannya.
Donald Trump harus mengumumkan kepergian Scott yang tengah menghadapi skandal terkait pengeluaran dan tindakannya selama mengemban tugas.
"Saya telah menerima pengunduran diri Scott Pruitt sebagai Administrator Badan Perlindungan Lingkungan," cuit Donald Trump dalam akun Twitter pribadinya.
Pada bulan yang sama, Donald Trump juga mendapatkan serangan dari mantan pesaingnya, Hillary Clinton terkait rencana pertemuannya dengan Putin.
Saat itu Trump memang tiba di Helsinki, Finlandia untuk menghadiri pertemuan dengan Presiden Rusia tersebut.
Agenda itu kemudian menjadi kali pertama pertemuan resmi antara Rusia-AS dalam KTT Kepresidenan sejak 2010 silam.
KTT itu diharapkan bisa menyentuh berbagai macam masalah, termasuk campur tangan Rusia dalam Pemilu AS pada 2016 lalu, konflik Suriah, kontrol senjata, hingga pengambilalihan Putin atas Crimea dari Ukraina pada 2014.
Kontroversi berlanjut pada dimulainya perang dagang AS dengan China.
AS dan Tiongkok melakukan perang dagang besar-besaran, diawali dari administrasi Donald Trump yang mulai memberlakukan tarif sebesar USD 34 miliar untuk barang-barang yang diimpor dari Tiongkok.
Termasuk diantaranya televisi layar datar, suku cadang pesawat, hingga peralatan medis. Barang-barang yang ditandai untuk tarif tersebut, akan menghadapi pajak perbatasan sebesar 25 persen saat diekspor ke AS.
Intinya adalah hal itu sengaja dilakukan AS untuk menghukum China dengan membuat seolah produk negara tersebut memiliki harga yang jauh lebih mahal bagi konsumen dan bisnis di AS.
Jika produk China tiba-tiba menjadi lebih mahal, maka konsumen akan membeli produk yang sama dari tempat lain, sehingga hal itu akan membuat bisnis Tiongkok merugi dan kehilangan uangnya.
Tiongkok pun tidak tinggal diam dan langsung menuding balik AS telah memulai perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi hingga saat ini. Negeri tirai bambu itu menanggapi apa yang diterapkan AS dengan memberlakukan tarif yang sama bagi barang yang diimpor dari AS.
Tiongkok menerapkan tarif 25 persen pada barang-barang AS senilai USD 34 miliar, termasuk kedelai, mobil dan lobster.