Krisis Venezuela Kian Parah: Listrik Padam, Rakyatnya Kelaparan, Penjarahan Merajalela
Pemerintah Venezuela memerintahkan sekolah dan toko tetap tutup pada Senin (12/03) seiring pemadaman listrik berlanjut pada hari kelima.
Editor: Hasanudin Aco
Di dalam, kasir dan mesin kartu tidak berfungsi dan staf hanya menerima pembayaran dalam dolar AS.
"Kami tidak menggunakan dolar di negara ini, kami tidak dibayar dengan dolar, kami dibayar dengan Bolivar," kata Majorie, suaranya meninggi lagi.
"Kami tidak mau menjarah toko, kami tidak mau membuat masalah. Yang kami mau adalah makanan. Kami lapar."
Berjuang untuk bertahan hidup
Bagi orang lain, masalahnya lebih genting daripada kekurangan makanan.
Patricia (bukan nama asli) bekerja sebagai teknisi lab di sebuah rumah sakit anak di Caracas.
Khawatir akan mendapat masalah karena berbicara, ia menemui saya agak jauh dari rumah sakit JM de los Rios untuk mengungkapkan dampak pemadaman listrik terhadap para pasien.
"Pada hari Kamis, tidak ada yang tahu kenapa generator darurat tidak menyala, apa yang terjadi, atau kenapa semuanya masih gelap di unit perawatan intensif."
Seorang kolega memberi tahunya bahwa anak-anak di bangsal itu dibantu bertahan hidup dengan respirasi manual.
Ada bayi yang baru berusia beberapa hari di unit neonatal dan bayi lainnya yang berusia beberapa bulan di unit "perawatan menengah".
"Ketika kami berjalan melalui bangsal itu, kami melihat seorang ibu menangis dan kami mendapati bahwa salah satu bayi di unit perawatan menengah telah meninggal dunia," Patricia menjelaskan.
Meski staf medis telah melakukan yang terbaik, salah satu bayi yang baru lahir di bangsal neonatal juga meninggal dunia pada malam pertama itu.
Sebuah generator akhirnya diantarkan ke rumah sakit, namun sebagai tanda kekacauan yang merajalela selama pemadaman, ia diantarkan bukan oleh petugas kesehatan atau pemerintah melainkan oleh colectivos.