Sindiran untuk Poroshenko, Muncul Hashtag 'Selamat Tinggal' Jelang Putaran Kedua Pilpres Ukraina
Hashtag ucapan 'Selamat tinggal' tersebut dituliskan dalam bahasa Ukraina dan menyatakan harapan agar sang petahana tidak kembali terpilih
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Para pemilih Ukraina telah memulai kampanye tagar (hashtag) di jejaring sosial yang disebut sebagai ucapan perpisahan kepada Presiden Petro Poroshenko.
Hashtag ucapan 'Selamat tinggal' tersebut dituliskan dalam bahasa Ukraina dan menyatakan harapan agar sang petahana tidak kembali terpilih dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) pada putaran kedua yang akan digelar 21 April mendatang.
Menanggapi munculnya hashtag itu, Menteri Kehakiman Ukraina Elena Lukash mengunggah foto dalam laman Facebooknya.
Ia juga menuliskan caption pada foto yang diambil dari Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Setiap suara bisa sangat menentukan, terserah anda mau memilih yang mana, pergilah ke Tempat Pemungutan Suara," tulis Lukash menggunakan hashtag 'selamat tinggal'.
Baca: Catat, Mengendarai Motor Sambil Merokok Bisa Dipenjara Hingga 3 Bulan
Dikutip dari laman TASS, Senin (1/4/2019), kampanye ini telah populer di kalangan warga 'kelas atas' Ukraina, termasuk mantan Kepala Pemerintahan Presiden sebelumnya Viktor Yanukovich, yakni Andrei Portnov.
Istilah 'selamat tinggal' erat kaitannya dengan Poroshenko yang memang cukup sering menggunakan kata-kata itu untuk 'membumbui' pidato publiknya.
Ia biasanya menggunakan ungkapan ini saat dirinya berbicara mengenai perlunya memutuskan hubungan dengan Rusia.
Perlu diketahui, Poroshenko baru-baru ini dilanda skandal korupsi besar-besaran yang terjadi di lingkungan perusahaan pertahanan negara Ukroboronprom, yang muncul tiga pekan menjelang Pilpres putaran pertama yang digelar pada 31 Maret kemarin.
Investigasi yang dilakukan awak media setempat pun mengungkap skema penipuan yang digunakan oleh perusahaan pertahanan dan pejabat tinggi Ukraina untuk menaikkan harga demi memasok komponen, baik dari depot militer Ukraina dan diduga pula dari Rusia.
Kesepakatan korupsi tersebut diduga melibatkan sekutu Poroshenko, termasuk Igor Gladkovsky, yang merupakan putra dari Wakil Sekretaris Pertama Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleg Gladkovsky.