Dubes Australia Nilai Pentingnya Pameran Seni Kontemporer Indonesia Bagi Hubungan Dua Negara
Duta besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan mengungkapkan pentingnya pameran Contemporary Worlds: Indonesia.
Penulis: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA - Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan mengungkapkan pentingnya pameran Contemporary Worlds: Indonesia.
Pameran yang diikuti 24 seniman kontemporer itu digelar di Galeri Nasional Australia.
"Contemporary Worlds: Indonesia menggarisbawahi semakin pentingnya industri kreatif bagi hubungan Australia dan Indonesia, serta menyediakan wadah bagi para seniman dan wirausahawan kreatif kami untuk lebih mengenal satu sama lain," kata Gary di Galeri Nasional Australia, Sabtu (21/6/2019).
Diketahui, sebanyak 24 seniman memamerkan karya terbaik mereka dalam pameran seni kontemporer Indonesia bertempat di Galeri Nasional Australia dari 21 Juni hingga 27 Oktober 2019.
Pameran Contemporary Worlds: Indonesia mencerminkan perubahan sosial dan politik yang dialami Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
Seniman yang berpartisipasi diantaranya Eko Nugroho, Zico Albaiquni, Tisna Sanjaya, Melati Suryodarmo dan FX Harsono.
"Ini adalah pameran seni kontemporer Indonesia terbesar di Australia dan salah satu yang terbesar di luar Indonesia. Saya senang bahwa Galeri Nasional Australia memiliki visi untuk menciptakan proyek penting ini. Memulai kegiatan dengan ukuran dan skala seperti ini akan memberikan gambaran baru tentang tetangga terbesar kami bagi warga Australia," kata Gary.
Baca: Menaker Australia Puji Dialog Sosial di Indonesia
Baca: Karya Melati Suryodarmo Curi Perhatian Pengunjung Pameran di Galeri Nasional Australia
Sementara Direktur Galeri Nasional Australia Nick Mitzevich menuturkan bahwa seni memberi cara bermakna dan menarik bagi penikmat seni Australia untuk belajar dan memahami Indonesia.
"Kumpulan karya dari beberapa seniman paling dinamis di Indonesia ini merupakan manifestasi yang sangat menarik dan mendalam dari transformasi besar yang telah dialami Indonesia dalam dua dekade," kata Nick Mitzevich.