Jejak Masa Lalu Wapres Sudan, Tak Lulus Sekolah dan Mantan Pedagang Unta
Pria di puncak dunia politik Sudan ini adalah mantan pedagang unta, yang melihat perang sebagai cara untuk menjadi kaya dan berkuasa.
Editor: Sugiyarto
Pada tahun 2013, pasukan Hemeti menjadi Pasukan Pendukung Cepat (RSF).
Dua tahun kemudian, Bashir mengirimkan pasukan ke Yaman untuk membantu Arab Saudi dalam perang di sana.
Sebagian besar pasukan itu adalah petempur RSF.
Pada tahun 2016, mereka di bawah kendali langsung presiden.
Usaha menempatkan mereka di bawah Kementerian Pertahanan mengalami kegagalan pada tahun selanjutnya.
Kekuasaan tidak tersaingi
Menurut Small Arms Survey (2016), RSF diperkirakan beranggotakan 10.000-20.000 orang, perkiraan lain adalah sekitar 50.000.
Hemeti mengatakan pihaknya memiliki 15 sampai 20 kamp pelatihan bagi tentaranya.
Dia mengatakan dirinya didukung 67 pimpinan suku dan 50 mantan perwira pemberontak.
Salah satu pendukung utamanya adalah Taha Hussein, mantan pejabat kantor pribadi Bashir yang membentuk penempatan RSF di Arab Saudi dan merupakan penghubung antara Hemeti, Saudi, dan Emirat.
Hemeti juga menyediakan sekitar 350 juta dolar AS atau Rp 4,9 triliun untuk keuangan Sudan dan mengatakan dirinya mendapatkan dana itu lewat perannya di Yaman dan penambangan emas di Sudan.
Para diplomat Barat mengantre agar dapat berjabat tangan, bukan dengan presiden dewan militer, Abdel Fattah al-Burhan - tetapi dengan wakilnya, Hemeti.
Menekan unjuk rasa
Sampai sejauh ini Hemeti dan Dewan Militer Peralihan (TMC) tetap bersatu, menekan pengunjuk rasa prodemokrasi.
Hemeti adalah pejabat tinggi pertama yang mendukung protes, tetapi kemudian berubah haluan dan mengatakan dirinya disusupi penipu dan pedagang narkoba.
Lebih dari 100 orang terbunuh ketika pasukannya menggerebek warga sipil dan melempar puluhan jenazah ke sungai Nil.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.