FBI Buru 'Ratu Penipu' dari Hollywood yang Perdayai Korbannya hingga ke Jakarta
Para korban biasanya diperdaya dengan menggunakan email atau telepon dari mereka yang mengaku sebagai perempuan kuat Hollywood.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AS - Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) meluncurkan situs dengan harapan mendapatkan keterangan dari para korban penipuan tingkat tinggi yang dijuluki Ratu Penipu Hollywood.
Seseorang yang dijuluki Ratu Hollywood ini mengirim korban ke Indonesia, dengan dalih mereka "diberi penugasan khusus dan dipaksa untuk memakai sopir, penerjemah, dan staf pendukung dengan tarif ribuan dolar".
Para korban biasanya diperdaya dengan menggunakan email atau telepon dari mereka yang mengaku sebagai perempuan kuat Hollywood.
Pemerintah Amerika Serikat percaya bahwa Ratu Penipu yang menggunakan identitas para eksekutif Hollywood ini berhasil memperdaya ribuan orang.
"Dalam kasus penipuan transnasional yang masih berlangsung dengan target warga Amerika, para korban dikontak dengan SMS, email atau telepon dengan janji pekerjaan menggiurkan dalam bidang hiburan," tulis FBI dalam peringatan yang dikeluarkan Senin (15/07/2019).
Baca: Sudah Pamitan Mau Kerja di Australia, Tapi Ternyata Jadi Korban Penipuan
"Korban sampai saat ini termasuk penulis, aktor pengganti, artis make-up, penyedia jasa keamanan dan fotografer. Para korban diminta untuk bertolak ke Indonesia, biasanya Jakarta, untuk apa yang mereka sebut uji coba jasa."
"Saat tiba di Indonesia, para korban dijemput oleh supir dan dipaksa untuk memberikan uang dolar Amerika. Para korban terus diminta uang untuk jasa lain sampai perjalanan selesai atau mereka sadar menjadi korban penipuan. Korban tidak mendapat ganti rugi perjalanan atau dibayar atas tugas mereka saat berada di Indonesia," demikian tulis FBI dalam situsnya.
Penipuan ini mulai terungkap tahun lalu dengan para pejabat mengatakan Ratu Penipu mengirim korban ke Indonesia untuk "tugas khusus," dan diperas untuk membayar ribuan dolar untuk sopir dan penterjemah gadungan.
Selain penipuan dengan pemerasan ini, penipu yang mengaku sebagai eksekutif film Hollywood ini berhasil meyakinkan calon aktor pria yang diwajibkan berpartisipasi dalam telepon seks, menurut the Hollywood Reporters.
'Ratu Penipu Hollywod yang masih belum terciduk'
Salah seorang yang dipakai identitasnya adalah Victoria Alonso, eksekutif Marvel, yang baru menyadari April lalu bahwa seseorang menggunakan identitasnya untuk audisi calon aktor melalui audisi telepon seks.
Perusahaan keamanan yang berkantor di New York, K2 Intelligence, melacak Ratu Penipu ini selama dua tahun terakhir namun masih belum terciduk.
"K2 Intelligence menghargai FBI karena menerbitkan situs untuk mencari korban Penipuan Bisnis Hiburan di Indonesia, yang dikenal dengan Ratu Penipu Hollywood, langkah yang membantu para korban mencari keadilan," kata perusahaan itu dalam satu pernyataan Senin (15/07).
"Kami sangat bangga dengan tim kami yang dipimpin Nicoletta Kotsianas, dalam penyelidikan dan membantu mengungkap penipuan dengan mengaku sebagai perempuan berpengaruh di Hollywood dan tokoh berpengaruh lain dan juga korban penipuan lain yang dikirim ke Indonesia dan uangnya tak pernah diganti," kata perusahaan itu.
Todd Hemmen, agen FBI di San Diego, tempat penyelidikan dipusatkan, mengingatkan para aktor untuk berhati-hati bila mendapat tawaran ke Indonesia, satu-satunya negara yang menjadi tujuan yang digunakan penipu sejauh ini.
Ia mengatakan membayar di muka merupakan sesatu yang biasa dalam industri hiburan, namun ia meminta orang untuk lebih berhati-hati.
Dalam wawancara dengan The New York Times, Hemmen mengatakan "para penipu sangat teliti dalam mengetahui latar belakang korban" sehingga memudahkan orang terperdaya.
'Korban ditipu antara US$15.000 sampai US$20.000'
Nicoletta Kotsianas sendiri mengatakan mengatakan K2 telah berbicara dengan sekitar 100 korban.
Sebagian mengalami kerugian sekitar US$3000, atau sekitar Rp 42 juta, biasanya mencakup tiket pesawat dan membayar sopir di Jakarta.
Sejumlah lainnnya mengalami kerugian sebesar US$150.000, atau sekitar Rp2,1 miliar, karena beberapa kali ke Indonesia dan terlibat dalam proyek yang baru kemudian diketahui palsu.
Rata-rata menurut Kotsianas, para korban mengalami kerugian besar US$15.000 (Rp200 juta)sampai US$20.000 (Rp280 juta).
FBI sendiri belum dapat memastikan berapa banyak korban dan berapa kerugian yang mereka alami.
Sebagian korban yang ditarget melalui telepon diarahkan ke audisi seks, kata Kotsianas.
Mereka yang meneliti identitas penelepon tercegah dari jeratan penipuan ini, kata Kotsianas.