Kepala Peneliti Ekonomi ADB di Jepang Bersyukur Kemacetan di Jakarta Sudah Jauh Berkurang
Menurut Sawada yang bersyukur kemacetan di Jakarta sudah berkurang saat ini, dirinya juga kaget karena dulu sempat lama tinggal di Dhaka Bangladesh
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kemacetan di Jakarta ternyata sudah jauh berkurang saat ini dibandingkan kota lain di Asia, bahkan hanya satu tingkat lebih macet dibandingkan Singapura.
"Kami meneliti Juni 2019 dengan mengambil sample pagi saat senggang sekitar jam 3 pagi, dibandingkan dengan saat macet jam 8 pagi dan jam 8 malam lalu di rata-rata, dapatlah index kemacetan relatif sekitar 1,2 dibandingkan Metro Manila yang indexnya mencapai sekitar 1,5, jauh lebih macet ketimbang Jakarta," papar Yasuyuki Sawada, Kepala Ekonomis dan Dirjen Penelitian Ekonomi Bank Perkembangan Asia (ADB) khusus kepada Tribunnews.com kemarin (25/9/2019).
Menurut Sawada yang bersyukur kemacetan di Jakarta sudah berkurang saat ini, dirinya juga kaget karena dulu sempat lama tinggal di Dhaka Bangladesh yang disangkanya sangat macet, ternyata Manila yang sangat macet saat ini.
"Saya sempat lama tinggal di Dhaka, saya kira terparah macetnya di dunia, ternyata malah di Manila yang kini sangat macet lalu lintasnya," tekannya lagi.
Unruk bisa menjadi kota yang maju memang salah satunya adanya sistim transportasi umum yang sangat serbaguna memiliki jaringan transportasi luas, kereta api yang baik.
"Syukurlah Jakarta belum lama saya ketahui sudah memiliki jaringan kereta api bawah tanah atau MRT yang baik sehingga akhirnya terlepas dari kemacetan yang parah di masa lalu," lanjutnya.
Selain sistim transportasi yang baik, juga dukungan perubahan yang baik pula menjangkau semua orang. Tak ketinggalan perencanaan penggunaan tanah yang baik. Akhirnya juga kesinambungan menjaga kelestarian lingkungan hodup yang baik.
"Apabila semua itu terjaga dan tersedi adengan baik maka akan menjadi sebuah kota dan tempat tinggal yang baik dengan konektivitas yang baik dan koordinasi perencanaan ekonomi yang baik pula."
Pada hakekatnya kini rata-rata pertumbuhan ekonomi negara berkembang di dunia akan menurun dari 5,5% menjadfi 5,4%. Namun tahun mendatang diperkirakan akan meningkat kembali.
Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh ADB diperkirakan menjadi 5,2% tahun 2020 menurun dibandingkan 5,3% saat ini.
Meskipun pertumbuhan ekonomi akan menurun, data produk domestik kotor (GDP) Indonesia diperkirakan malah akan naik 0,11% di tengah konflik dagang antar bangsa baik Amerika dengan China dan Korea dengan Jepang.
Kenaikan GDP terbesar meskpun di tengah situasi konflik dagang, terjadi pada Vietnam sebesar 2,31%.
Sedangkan GDP dunia akan menurut 0,28%, China akan turun GDP nya menjadi minus 1,25%, Amerika menurun 0,27% dan GDP Jepang menurun 0,19%.
Lalu apabila melihat wage premium atau gaji premium di kota besar di Indonesia, ADB memperkirakan kenaikan 13,7% dibandingkan India yang gajinya menjadi sangat mahal meningkat 33,7% untuk gaji premium di kota besarnya.
Kenaikan cukup besar juga untuk gaji premium juga dapat dilihat di kota besar Filipina 16,4% dan kota besar di Pakistan 14,2%.