Kontroversi Film Joker yang Mengancam Keamanan di Amerika Serikat, Tingkat Kejahatan Meningkat
Tujuh tahun yang lalu, seorang pria melepaskan tembakan saat pemutaran sekuel film Batman, The Dark Knight Rises di kota Aurora, negara bagian Colorad
Editor: Hasanudin Aco
Film Joker yang mengangkat kehidupan tokoh penjahat paling terkenal di dunia superhero akan dirilis pada hari Jumat (4/10), namun jelang pemutaran perdananya, film ini sudah menimbulkan banyak kontroversi.
Bahkan menjadi persoalan bagi penegakan hukum di Amerika Serikat.
Dalam sepekan terakhir, beberapa media di Amerika melaporkan pihak kepolisian telah mengeluarkan peringatan bagi para personilnya, dengan menyebut ancaman penembakan massal yang 'potensial' di hari pemutaran film Joker.
Tujuh tahun yang lalu, seorang pria melepaskan tembakan saat pemutaran sekuel film Batman, The Dark Knight Rises di kota Aurora, negara bagian Colorado.
Peristiwa ini menyebabkan 12 orang tewas dan 70 orang lainnya mengalami luka-luka.
Tidak boleh mengecat wajah
Terkait dengan peristiwa yang terjadi di Aurora, keluarga korban penembakan meminta agar bioskop-bioskop tidak memutar film Joker dan sejumlah pemilik bioskop di kota itu sepakat untuk tidak menayangkan film tersebut.
Pihak keluarga korban juga melayangkan surat kepada Warner Brothers, produser film yang berada di balik pembuatan film itu.
Mereka meminta perusahaan tersebut menyumbangkan dana kepada kelompok-kelompok yang membantu para korban kekerasan senjata.
Dalam surat itu, mereka mendesak Warner untuk menghentikan kontribusi politik terhadap "para kandidat (politisi) yang memberikan suara untuk menentang reformasi senjata".
"Kami meminta Anda untuk menjadi bagian dari suara para pemimpin perusahaan yang memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial menjaga keselamatan kami," demikian bunyi surat yang dilayangkan ke studio film seperti dikutip The Hollywood Reporter.
Salah seorang kerabat korban penembakan Aurora mengatakan bahwa film itu mengingatkannya pada James Holmes - pria yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena peristiwa pembantaian itu.
"Saya tidak perlu melihat foto (Holmes). Saya hanya perlu melihat promo Joker dan saya melihat foto si pembunuh,"kata Sandy Phillips, yang kehilangan putrinya Jessica Ghawi, 24 tahun, kepada The Hollywood Reporter.