Muncul Isu Pesawat Berpenumpang 176 Orang Jatuh Ditembak Rudal Iran, Ini Kata Pakar Penerbangan
Perdana Menteri Ukraina, Olesky Honcharuk, mengatakan pada wartawan agar publik tidak berspekulasi tentang penyebab kecelakaan sebelum penyelidikan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Seorang saksi mata mengatakan kepada televisi Iran bahwa bagian kanan dan ekor pesawat penumpang Ukraina yang jatuh hari Selasa (7/1/2020) tampak terbakar.
Pilotnya juga tampak berusaha supaya pesawat itu tidak menimpa rumah-rumah dibawahnya.
Pesawat Boeing 737 itu, tambahnya, jatuh di sebuah lapangan bola dekat sebuah taman.
Ada spekulasi dalam media sosial bahwa rudal pertahanan udara Iran mungkin menghantam pesawat itu.
Beberapa pakar penerbangan mengatakan, sangat tidak mungkin bahwa kerusakan mesin membuat pesawat itu terbakar tidak lama setelah tinggal landas.
Foto-foto mesin dan badan pesawat menunjukkan tanda-tanda kena pecahan bahan peledak.
Baca: Donald Trump Salahkan Obama soal Rudal Iran
Namun Perdana Menteri Ukraina, Olesky Honcharuk, mengatakan pada wartawan agar publik tidak berspekulasi tentang penyebab kecelakaan sebelum penyelidikan resmi dimulai.
Kedutaan Ukraina di Teheran semula menyebut kecelakaan itu disebabkan kerusakan mesin, tapi kemudian menarik laporan itu.
Televisi Iran menunjukkan foto-foto ke dua kotak hitam pesawat itu, dan seorang pejabat penerbangan dikutip mengatakan, Iran tidak mau menyerahkan kotak-kotak itu ke pabrik pembuat pesawat Boeing untuk diperiksa, seperti kebiasaan apabila terjadi kecelakaan.
Pesawat terbang penumpang Amerika diperintahkan supaya jangan terbang diatas Irak atau Iran setelah terjadinya serangan misil Iran atas beberapa pangkalan militer Amerika di Irak.
Sejumlah pesawat penumpang Arab dan Eropa juga dialihkan jalur penerbangannya dari kawasan itu.
Semua penumpang tewas
Diberitakan sebelumnya, pesawat Boeing 737 yang mengangkut 176 penumpang dan awak jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini di Teheran, Iran, Rabu (8/1/2020) pagi waktu setempat.
Kantor berita resmi Iran, ISNA melaporkan sebagian besar penumpang di dalam pesawat Ukraine International Airlines itu meninggal dunia.
Pirhossein Koulivand, kepala Layanan Medis Emegency Iran mengatakan kru darurat telah dikirim ke lokasi kecelakaan tetapi tidak banyak membantu karena daerah tersebut terbakar hebat akibat kecelakaan.
Sebelumnya diberitakan, BBC News bahwa beberapa laporan menyebut bahwa pesawat tersebut jatuh karena "permasalahan teknis".
Baca: BREAKING NEWS: Pesawat Berpenumpang 180 Orang Jatuh di Dekat Bandara Internasional Iran
Laporan awal menunjukkan bahwa pesawat itu sedang dalam perjalanan ke ibu kota Ukraina, Kiev
Belum jelas apakah kecelakaan ini terkait dengan konfrontasi antara Iran dan Amerika Serikat.
Sehari sebelumnya, kantor berita AFP melaporkan larangan bagi pesawat komersil melintasi wilayah udara Iran, Irak dan Teluk Persia.
Larangan itu dikeluarkan setelah terjadinya serangan roket atas pasukan Amerika yang ditempatkan di Irak.
"Badan Regulator Penerbangan Sipil Federal AS (Federal Aviation Administration/FAA) mengeluarkan pengumuman Selasa (7/1/2020) malam, untuk menjelaskan adanya pembatasan penerbangan pesawat komersial sipil diatas kawasan udara Irak, Iran, Teluk Persia dan Teluk Oman,” kata pernyataan itu dikutip dari VOA Indonesia.
Baca: Konflik Iran-AS Kian Memanas, Ini Dampaknya Bagi Indonesia
Iran serang pangkalan militer AS
Kabar jatuhnya pesawat Ukraina di Iran ini muncul tak lama setelah Iran serang pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar Irak menggunakan rudal jelajah.
Serangan dilakukan langsung pasukan artileri Korps Garda Republik Iran.
Rekaman video yang dikutip Sputniknews pagi ini menunjukkan puluhan rudal membelah kegelapan malam.
Serangan militer ini menjadi awal aksi balasan Iran atas pembunuhan Kepala Pasukan Quds Mayjen Qassem Soleimani, yang dilakukan militer AS awao tahun ini.
Presiden Trump saat ini dikabarkan sedang menerima briefing atas perkembangan situasi di Irak.
Baca: Jenderal Iran Qasem Soleimani Dibunuh AS, PM Malaysia Mahathir Mohammad: Negara Muslim Harus Bersatu
Belum ada pihak resmi AS yang memberikan komentar terkait serangan Iran di Irak ini.
Kantor berita FARS News pagi ini juga merilis di akun Twitternya rekaman video saat rudal diluncurkan pasukan Garda Republik Iran.
Informasi awal menyebutkan, pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar, Irak dihujani puluhan roket, Rabu (8/1/2020) dini hari waktu setempat.
Kabar awal ini diwartakan akun stasiun televisi Iran, PressTV, Rabu pagi ini WIB.
Belum ada keterangan resmi militer Irak.
• Pangkalan AS di Provinsi Anbar Irak Diguyur Puluhan Roket
Di lapangan terbang ini, ditempatkan sejumlah pesawat nirawak MQ-1 Reaper, yang diduga turut dikerahkan saat pembunuhan Mayjen Qassem Soleimani.
Serangan roket diduga dilakukan Brigade 45 Khataib Hezbollah Irak, bagian kelompok Popular Mobilization Unit (PMU) yang diakui militer Irak.
Namun versi lain menyebut, serangan terkoordinasi ini dilakukan elemen-elemen Korps Garda Republik Iran (IGRC).
Perkembangan lebih lanjut terkait serangan roket ke pasukan AS di Irak masih menunggu laporan-laporan lebih detil dari lapangan.
Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds Garda Republik Iran tewas akibat serangan rudal di Bandara Baghdad, Kamis (2/1/2020).
Pembunuhan dilakukan militer AS atas perintah Presiden Donald Trump.
Kematian Qassem menyulut kemarahan Iran dan Irak.
Iran bertekad membalas serangan ini menggunakan segala cara.
Parlemen dan pemerintah Irak memutuskan mengusir pasukan AS dan sekutunya dari negara itu.
Jerman lebih awal menarik kontingen mereka di Irak.
Prajurit Jerman yang bertugas sebagai instruktur ditarik ke Yordania dan Kuwait.
• Buntut Tewasnya Qassem Soleimani, Iran Siapkan 13 Skenario Balas Dendam pada AS
Swedia, Denmark, dan Latvia juga melakukan hal sama mengingat perkembangan situasi yang tidak kondusif di Irak.
Sebaliknya, Pentagon mengirimkan 3.000 prajurit Lintas Udara 82 dari Fort Bragg, North Carolina menuju Kuwait.
Sebagian dikirim ke Lebanon, guna melindungi Kedubes AS di negara yang sebagian dikuasai kelompok Hezbollah Lebanon.
Menyusul reaksi kemarahan Iran, Presiden Trump mengekuarkan serangkaian ancaman serangan lebih kuat ke 52 sasaran penting di Iran, termasuk situs warisan budaya dunia.
Menlu Mike Pompeo dalam pernyataan terbarunya menegaskan, keputusan AS melenyapkan Qassem Soleimani memiliki dasar kuat.
Meski begitu, kalangan Kongres AS menyatakan, Trump tidak melalui proses konstitusional, meminta persetujuan Kongres atas keputusan eksekutifnya membunuh Qassem.
Sumber: VOA Indonesia/Tribun Jogja