Antisipasi Wabah Corona, Kota Shenzen China Larang Konsumsi Kucing dan Anjing
Beberapa makanan tidak lazim yang populer di China yaitu kucing dan anjing, tidak termasuk di dalam daftar konsumsi itu.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Seperti banyak diberitakan, bahwa beberapa ahli berpendapat praktik jual beli dan konsumsi hewan liar adalah penyebab awal munculnya wabah corona di Wuhan.
Bahkan, sejauh ini Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang di seluruh dunia.
Lebih dari 2.700 pasien juga harus meregang nyawa, lantaran virus mematikan ini.
Shenzen adalah kota pusat teknologi yang berada di perbatasan Hong Kong.
Pemerintah setempat menjelaskan, bagi pihak yang melanggar dan sengaja mengonsumsi hewan diluar daftar putih akan didenda hingga 20.000 Yuan.
Pengecualian diberlakukan khusus penggunaan hewan liar untuk tujuan ilmiah dan medis.
Tapi dengan syarat, bahwa pengelolaan atau fasilitas penelitian harus diperketat.
Kegemaran masyarakat China mengonsumsi hewan liar memang telah lama menjadi kontroversi.
Salah satunya dihubung-hubungkan dengan epidemi sindrom pernafasan akut (SARS), yang berhasil menewaskan lebih dari 800 orang di seluruh dunia.
Ini terjadi sekitar 17 tahun lalu, dan dihubungkan dengan makanan favorit China Selatan yakni civet cat atau musang luwak.
Praktik ini juga banyak menuai kritik dengan alasan melanggar hak-hak binatang.
Baca: Cegah Virus Corona, China Akan Larang Warganya Konsumsi Hewan Liar
Baca: UPDATE Pasien Virus Corona: Korea Selatan jadi Negara Terbanyak Kedua Pasien Corona Setelah China
Mengonsumsi kucing dan anjing, juga membuat geram banyak pecinta hewan peliharaan, di seluruh dunia.
Kota-kota lain di China, juga mulai mendorong warganya untuk membendung perdagangan hewan liar ini.
Sekitar 10 hari lalu, Tianjin, kota pelabuhan dekat Beijing juga merilis peraturan baru yang melarang penangkapan, perdagangan, pembudidayaan, pengiriman, dan konsumsi satwa liar.