Politisi India: Virus Corona Dapat Disembuhkan dengan Urine dan Kotoran Sapi
Politisi dari Partai BJP MLA, Suman Haripriya menyebut corona "Dapat disembuhkan dengan mengugnakan gau-mutra (urin sapi dan kotoran sapi,".
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus corona telah merenggut lebih dari 3.200 jiwa secara global.
Beberapa kasus virus corona juga terdeteksi di India.
Untuk diketahui, sudah ada 6 kasus dikonfirmasi per Rabu (4/3/2020) pukul 15.15 WIB.
Dikutip dari Indiatoday, kekhawatiran global atas meningkatnya wabah virus corona telah mendorong para ilmuwan mencari penawar.
Terkait hal ini, politisi dari Partai BJP MLA, Suman Haripriya angkat bicara.
"Wabah virus corona adalah penyakit yang ditularkan melalui udara," terang Suman.
"Dapat disembuhkan dengan mengugnakan gau-mutra (urine sapi dan kotoran sapi)," katanya.
Lebih lanjut, Suman mengatakan 'hawan' (mengucapkan doa kepada dewa di depan api yang sering dilukan orang India), menggunakan kotoran sapi juga dapat dilakukan di China.
Menurut pemaparannya, dengan melakukan hawan, dapat membersihkan udara di negara yang menjadi pusat penyebaran virus corona itu.
"Rishi Munis (orang suci) melakukan hawan dengan menggunakan kotoran sapi untuk memurnikan udara di sekira radius lima kilometer," tambahnya.
Suman mengatakan, orang-orang suci pada zaman dahulu membuat panchamrita (lima makanan yang digunakan dalam ibadah Hindu dan puja) menggunakan urine sapi, susu, dan madu.
"Urine sapi dan kotoran sapi memiliki banyak sifat obat," kata Suman.
"Pada zaman dahulu, orang-orang suci memelihara sapi di Ashram, mereka hidup seribu tahun," terangnya.
"Mereka telah membuat panhamrita dengan menggunakan urine sapi, susu, madu, dan semua milik mereka. Dengan mengonsuminya, penyakit menjadi sembuh," jelasnya.
Diketahui, Suman menyampaikan pernyataan itu dalam diskusi soal penyelundupan ternak di Bangladesh.
Para tamu Majelis Assam dibuat tercengan dengan komentar Suman tersebut.
Diterapkan pada Pasien Kanker
Lebih jauh, mengutip Kompas.com yang mengutip dari Gulf News, sapi juga diklaim sebagai obat bagi beberapa penyakit lain.
"Sapi adalah aset untuk obat-obatan bagi beberapa penyakit, termasuk kanker," kata Suman.
"Di Rumah Sakit Ayurvedic, Gujarat, pasien hidup dengan sapi," tuturnya.
"Kotoran sapi diterapkan untuk mengobati pasien kanker di sana. Mereka diberikan Panchamirta yang dibuat dari urine sapi," jelasnya.
Informasi Terbaru Corona
Wabah corona atau Covid-19 semakin merebak dan menjangkiti negara-negara di dunia.
Hingga berita ini diturunkan, Rabu (4/3/2020), ada 93.214 kasus infeksi wabah mematikan ini.
Sebanyak 3.202 orang meninggal, sedangkan 51.765 lainnya dinyatakan sembuh.
Sampai saat ini, wabah mematikan asal negara tirai bambu ini telah menjangkiti 81 negara di dunia.
Indonesia termasuk diantaranya, dan kasus pertama merupakan pasangan ibu dan anak dari Depok.
Sang ibu berusia 64 tahun sedangkan putrinya 31 tahun.
Keduanya diketahui sempat bertemu dan melakukan kontak dengan rekannya, seorang warga Jepang.
Wabah mematikan ini diduga berasal dari pasar hewan di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Meskipun begitu, sejumlah ahli juga meyakini makanan populer berbahan kelelawar dan ular juga berpotensi menjadi penyebab kemunculannya.
Belakangan diketahui, jual beli dan konsumsi hewan liar sudah menjadi industri yang cukup besar di China.
Oleh karena itu kini pemerintah setempat berusaha menahan penyebaran masif Covid-19 dengan memberlakukan larangan jual beli hewan liar.
Baca: Wapres Maruf soal Ketersediaan Masker di Tengah Situasi Virus Corona: Ada Pengawasan Ketat
Baca: Soal Penyebaran Virus Corona, Alumni Natuna Bandingkan Kepanikan Warga Wuhan dengan Indonesia
Sementara itu, beberapa waktu lalu Organisasi Kesehatan Internasional (WHO), menilai penyebaran Covid-19 di luar China lebih masif.
Pernyataan ini sesuai dengan fakta bahwa Korea Selatan, Italia, Iran, dan Diamond Princess menduduki kasus terbanyak di dunia.
Bahkan Italia dan Iran disebut menjadi pusat penyebaran wabah di Benua Eropa dan Timur Tengah.
Kendati demikian, WHO mengimbau masyarakat agar tidak panik.
Pada konferensi pers beberapa waktu lalu, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa stigma yang beredar terkait Covid-19 lebih berbahaya dibanding wabah itu sendiri.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Kompas.com/Aditya Jaya Iswara)