Nasib Malang Warga Asia di Amerika Serikat, Aksi Rasisme Sindiran hingga Kekerasan
Setelah virus corona menyerang dunia, kini sudah mencapai 202 negara, membuat krisis kesehatan global. Bahkan kini digunakan untuk bahan rasisme.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Virus corona atau pandemi Covid-19 ini pada awalnya merebak di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa virus SARS-CoV-2 berasal dari pasar ikan di Wuhan, yang belakangan diketahui menjual hewan liar juga.
Setelah virus ini menyerang dunia, kini sudah mencapai 202 negara, dan membuat krisis kesehatan global.
Bahkan virus ini menjadi bulan-bulanan sejumlah oknum untuk melancarkan aksi rasisme.
Seperti halnya yang dialami para keturunan Asia atau warga China yang tinggal di Amerika Serikat.
Melansir USA Today, saat itu Carl Chan sedang berbelanja di San Francisco Premium Outlets dan dia menutup mulutnya untuk batuk sedikit.
Baca: Pasangan dari China Terima Perlakuan Rasis di Sebuah Restoran di Inggris, Diusir karena Virus Corona
Baca: Kasus Perlakuan Rasis yang Diterima Orang Asia karena Corona: Dilempari Telur, Dipukul Babak Belur
Sepasang suami istri yang berdiri sekitar 20 hingga 30 kaki darinya menatap dengan khawatir.
Peristiwa lainnya terjadi saat dia berjalan menyusuri jalan di Oakland dengan sekelompok orang dan salah satu dari mereka mulai batuk.
Itu bukan Chan, tetapi orang-orang berbalik, memelototinya dan menutup mulut mereka.
Pandangan memalukan yang diterima Chan terjadi jauh sebelum Gubernur California Gavin Newsom mengunci negara bagian.
Bahkan juga sebelum Presiden AS Donald Trump menyebut Covid-19 sebagai 'virus China'.
"Mereka melihat saya dan berpikir saya semacam virus," kata Chan, presiden Oakland Chinatown Chamber of Commerce.
Di seluruh daratan AS, orang-orang Asia-Amerika menjadi sasaran serangan-serangan xenofobia dan fanatik ketika pandemi corona mengacaukan Amerika.
Para ahli mengatakan pengkambinghitaman ini dipicu oleh retorika berbahaya dari para politisi, termasuk presiden yang menyebut 'virus China'.