Orang Afrika Bergegas Cari Klorokuin di Tengah Pandemi Virus Corona
Orang Afrika bergegas mencari klorokuin, obat anti-malaria yang sempat diklaim Presiden AS Donald Trump memungkinkan mengobati virus corona.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Profesor di Rumah Sakit Fann Dakar angkat bicara pada Kamis (2/4/2020).
Moussa Seydi mengatakan, sekira setengah dari orang yang terinfeksi di Senegal sudah diberi resep hydroxuchloroquine.
Setiap pasien, katanya, tanpa pengecualian, direkomendasikan untuk menerima obat tersebut.
Lebih jauh, di Republik Demokratik Kongo, Presiden Felix Tshisekedi pekan lalu, mendesak agar Klorkuin segera diproduksi dalam skala besar.
Afrika Selatan telah mengatakan akan bergabung dengan uji coba berskala besar.
Satu di antara perusahaan farmasi terbesar di negara itu telah berjanji untuk menyumbangkan setengah juta pil ke otoritas kesehatan.
Sekalipun efektivitas obat-obatan terhadap virus corona tetap untuk saat ini tidak terbukti, kekhawatiran tentang mengamankannya sudah cukup.
Pernah Jadi Benua Terparah Terkena HIV
Dua dekade lalu, Afrika, benua yang paling parah terkena HIV.
Afrika adalah benua yang terakhir dalam antrean mendapatkan obat AIDS baru ketika pengobatan muncul dari laboratorium.
"Jika ternyata klorokuin efektif, Afrika, yang mengimpor sebagian besar obat-obatannya, mungkin tidak akan menjadi prioritas bagi industri [farmasi]," kata Profesor Yap Boum dari Epicenter Afrika, cabang penelitian dari badan amal medis Medecins Sans Frontieres.
Prancis telah memberlakukan larangan ekspor klorokuin dan Maroko telah meminta kembali semua persediaan obat.
"Anda tidak akan menemukannya di apotek di Yaounde, semua orang kehabisan stok," kata Boum, merujuk pada ibukota Kamerun.
Baca: Tegaskan Belum Ada Obat untuk Virus Corona, Jokowi: Klorokuin Ini Bukan Obat First Line
Pembelian Tanpa Resep yang Berbahaya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.