Parlemen Irak Tunjuk Mantan Kepala Intelijen jadi Perdana Menteri Baru
Parlemen Irak telah menyetujui mantan Kepala Intelijen Mustafa al-Kadhimi sebagai Perdana Menteri baru.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Kemarahan Ribuan Orang Irak
Sebelum Covid-19 merebak di Irak pada Maret 2020, ribuan orang turun ke jalan di Ibu Kota Baghdad.
Banyak warga yang tinggal di selatan mengekspresikan kemarahan mereka pada korupsi endemik.
Selain itu mereka juga mengkritik tingkat pengangguran tinggi, layanan publik yang mengerikan, dan campur tangan asing di Irak.
Lebih dari 500 demostan ditembak mati oleh pasukan keamanan dan pria bersenjata tak dikenal selama lima bulan kerusuhan.
Dilaporkan ribuan pemrotes lainnya terluka.
Tuntutan para demostran di antaranya menyapu bersih sistem politik Irak.
Janji Kadhimi
Lebih jauh, Kadhimi telah berjanji, pemerintahnya akan menyelenggarakan pemilihan awal dan meminta pertanggungjawaban atas pembunuhan para demostran.
Kadhimi juga berurusan dengan pandemi Covid-19, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 100 warga Irak.
Selain itu, Kadhimi harus bergelut dengan perawatan kesehatan di Irak yang memiliki kapasitas terbatas.
Jatuhnya harga minyak global dan kontraksi ekonomi juga menjadi pekerjaan rumah Kadhimi.
Pendapatan Pemerintah dari Minyak Sekira 90 Persen
Sebagai catatan, penjualan minyak menyumbang sekira 90 persen dari pendapatan pemerintah.