Perfektur Aichi Terima 220 Pengaduan Masyarakat Terkait Pelanggaran Deklarasi Darurat di Jepang
Masyarakat melaporkan masih adanya toko yang masih buka, padahal pemerintah sudah memintanya untuk menutup seperti night club, karaoke dan sebagainya.
Editor: Dewi Agustina
Ada banyak restoran dan toko kelontong yang tidak tunduk pada permintaan penutupan di distrik perbelanjaan ini, dan dikatakan bahwa kebingungan telah menyebar di antara pihak-pihak terkait.
Seiji Hotta, Ketua Federasi Pusat Perbelanjaan Osu, mengomentari, "Maaf, saya merasa menyesal. Saya menahan diri, tapi saya minta maaf, meskipun demikian saya sulit untuk melakukan sesuatu terhadap mereka."
Baca: Manfaat Perawatan Menggunakan Daun Teh untuk Kesehatan Kulit, Simak Cara Melakukannya
Profesor Masashi Usui dari sekolah pascasarjana Niigata Seiryo University, yang berspesialisasi dalam psikologi sosial, mengomentari tindakan yang disebut "pengendalian diri".
"Saya pikir itu tindakan setelah perasaan harus melindungi kehidupan kita dan kota. Diperkirakan bahwa psikologi dari polisi yang menahan diri merupakan upaya keras mereka yang baik. Tapi mengapa tidak mematuhi hukum aturan dan etika? Jika polisi tidak menghukumnya, cobalah mnenghukum diri sendiri," papar Profesor Usui.
"Perilaku semacam ini terjadi tidak hanya saat ini tetapi juga di lokasi bencana yang menyebabkan kegelisahan. Patroli normal itu baik, tetapi ketika menyangkut pelatihan kekuatan atas nama polisi, masyarakat akan bingung," kata dia.
"Perilaku yang terlalu banyak akan menyebabkan saling curiga dan kecurigaan, dan bahkan setelah virus corona selesai, hubungan manusia lokal akan memburuk. Jika kita tidak mengambil jarak sosial sebagai penanggulangan terhadap infeksi, masyarakat perlu menyadari kembali bahwa cukup sulit menyatukan kembali hati yang telah terpisah," ujarnya.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com