Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Bocah 7 Tahun di Hubei yang Viral karena Belajar di Bawah Kolong Meja Pasar Orang Tuanya

Untuk bisa memenuhi kebutuhan belajar Ke Enya, mereka menyiapkan ruang di bawah meja kios.

Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Kisah Bocah 7 Tahun di Hubei yang Viral karena Belajar di Bawah Kolong Meja Pasar Orang Tuanya
Kolase Tribunnews/ People's Daily Online
Seorang bocah 7 tahun harus belajar di bawah kolong meja tempat orang tuanya bekerja. 

TRIBUNNEWS.COM- Banyak dampak yang terjadi akibat pandemi virus corona atau Covid-19.

Termasuk lockdown atau pembatasan ruang publik yang terjadi di sejumlah negara.

Masyarakat diminta untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, termasuk sekolah hingga perkantoran.

Baru-baru ini, kisah mengharukan terjadi di sebuah pasar di Yichang, Hubei.

Seorang bocah 7 tahun harus belajar di bawah kolong meja tempat orang tuanya bekerja.

pasar di Yichang Hubei
Ilustrasi pasar di Yichang, Hubei. (China Daily)

Baca: Lagi, Video Pelarungan dan Perbudakan ABK Indonesia di Kapal China Luqing Yuan Yu 623

Baca: Pandemi Covid-19 di China Belum Berakhir, 1.205 Desa di Jilin Di-lockdown

Dikutip dari laman Chinadaily, bocah itu bernama Ke Enya.

Orang tuanya merupakan seorang penjual lauk pauk di pasar.

Berita Rekomendasi

Selama sekolah ditutup, Ke Enya harus mengikuti kelas online.

Padahal kedua orang tuanya harus tetap mencari nafkah.

Mereka bekerja dari pagi hingga malam hari.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan belajar Ke Enya, mereka menyiapkan ruang di bawah meja kios.

Mulanya, semua berjalan seperti biasa, hingga pada 29 April lalu guru Ke Enya berkunjung ke kios tersebut.

Baca: Nadiem Makarim: Pandemi Corona Menyadarkan Orang Tua Sulitnya Menjadi Guru

Baca: 12 Pasien Terakhir di Hubei China Sembuh, Pusat Epidemi Covid-19 Kini Zero Kasus

Melihat semangat belajar Ke Enya, sang guru merasa tersentuh.

Ia sempat mengabadikan momen Ke Enya yang tengah belajar di bawah meja.

Di ruangan yang sempit itu, orang tua Ke Enya menyulap tumpukan kardus dan papan kayu menjadi meja belajar.

Selain sempit, kolong meja itu juga tampak gelap.

Hanya pencahayaan dari layar laptop yang didapatkan Ke Enya saat belajar.

Mirisnya lagi, Ke Enya harus bertahan dari bisingnya suara meja saat orang tuanya tengah mempersiapkan daganganya.

Foto Ke Enya mendadak viral ketika sang guru mengunggah potret itu ke momen WeChat-nya.

Ke Enya belajar
Di ruangan yang sempit itu, orang tua Ke Enya menyulap tumpukan kardus dan papan kayu menjadi meja belajar.(China Daily)

Berbagai komentar diberikan warganet dalam ungghan itu.

Mereka salut dengan semangat belajar Ke Enya yang jauh dari kata layak.

Kepada City Express, ibu Ke Enya, Zao Weiwei mengatakan jika pemilik toko di pasar biasa membantunya merawat sang anak.

Namun, selama pandemi mereka harus menempati kios yang lebih kecil, tanpa bantuan.

Viralnya kisah Ke Enya membuat berbagai pihak menawarkan bantuan.

Menurut Changjiang Daily, Senin (11/5/2020) lalu, sebuah perusahaan komunikasi lokal membuka akses broadband secara gratis di kios Zhao.

Baca: China Jawab Tudingan Curi Data Vaksin Corona, Justru AS yang Gelar Pencurian Siber Terbesar Dunia

Di ruangan yang sempit itu, orang tua Ke Enya menyulap tumpukan kardus dan papan kayu menjadi meja belajar.
Di ruangan yang sempit itu, orang tua Ke Enya menyulap tumpukan kardus dan papan kayu menjadi meja belajar. (People's Daily Online)

Baca: Terapkan Lockdown, Angka Infeksi Corona di India Lampaui China, tapi Penularannya Melambat

Tujuannya untuk membantu Ke Enya mendapatkan koneksi internet yang lebih baik saat belajar.

Ternyata, selama ini Ke Enya menggunakan data internet ponsel ibunya untuk terhubung ke komputer.

Sementara itu, perusahaan lain menawarkan untuk memasang broadband dan kamera di rumah Zhao untuknya mengawasi putrinya dari kios.

Pada Rabu (13/5/2020), Zhao memposting artikel di akun Sina Weibo miliknya.

Dalam unggahan itu Zhao mengatakan dia tidak mengharapkan begitu banyak perhatian dari seluruh negeri dan dia merasa kasihan pada putrinya.

"Jika dia dilahirkan di keluarga lain, dia pasti tidak akan belajar di bawah meja, dan lingkungan tempat tinggalnya pasti akan lebih baik," katanya.

Zhao dan suaminya memulai bisnis mereka pada Juni 2007.

Mereka menjual makanan yang direbus seperti ayam, bebek, dan berbagai jenis sayuran di warungnya.

Mereka menyiapkan semua makanan pada jam 6 pagi dan buka sampai malam hari.

"Putriku telah tampil cukup baik di kelas daringnya dan tidak pernah mengeluh tentang lingkungan yang buruk," kata Zhao.

"Dia sama sekali tidak membuat masalah bagi kami," lanjutnya.

Ke Enya belajar 23
Selain sempit, kolong meja itu juga tampak gelap. Hanya pencahayaan dari layar laptop yang didapatkan Ke Enya saat belajar. (China Daily)

Baca: Muncul Klaster Corona Baru di Kota Jilin China, Lockdown Lagi demi Hindari Gelombang Kedua Covid-19

Zhao menjelaskan Ke Enya tidak tahan tinggal di pasar, karena dia terbiasa dengan lingkungan yang banyak teman.

Sang ibu mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada warganet yang peduli pada kesehatan putrinya.

Bahkan ada pula yang menawarkan untuk memperbesar ukuran kios Zhao.

"Terselip di ruang yang begitu kecil dan menonton layar untuk waktu yang lama pasti dapat membahayakannya."

"Jadi saya akan selalu membiarkan dia keluar untuk bermain dan berolahraga selama istirahat."

"Saya merasa menyesal, tapi saya terbatas pada saat ini situasi."

"Itu yang terbaik yang bisa kita lakukan untuknya," ungkap Zhao.

(Tribunnews.com/Bunga)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas