Donald Trump Mengaku Bicara dengan Keluarga George Floyd, Minta Pihak Berwenang segera Usut Kasusnya
Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat (29/5/2020) mengaku sudah bicara dengan keluarga George Floyd.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat (29/5/2020) mengaku sudah bicara dengan keluarga George Floyd.
Sebelumnya George Floyd adalah pria kulit hitam yang meninggal setelah ditindih lehernya oleh polisi Minnesota, Derek Chauvin.
Meski Floyd sudah mengeluh tak bisa bernapas, Chauvin tidak bergeming dan tetap menindih leher Floyd selama kurang lebih 9 menit hingga tak sadarkan diri.
Insiden kematian Floyd ini tidak hanya membuat keluarga geram, tapi seluruh AS melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut polisi didakwa kasus pembunuhan.
"Saya ingin menyampaikan belasungkawa terdalam bangsa kami dan simpati yang paling tulus kepada keluarga George Floyd," kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari CNN.
"Saya berbicara kepada anggota keluarga (George Floyd), (mereka) orang-orang hebat," tambahnya.
Baca: Polisi yang Menindih Leher George Floyd hingga Meninggal Didakwa Pembunuhan
Baca: Polisi Pembunuh dan George Floyd Ternyata Pernah Bekerja 17 Tahun Bersama Jadi Satpam
Trump pada Jumat dijadwalkan melakukan konferensi pers untuk mengatasi kerusuhan aksi bela George Floyd yang meledak di seluruh negeri.
Namun, setelah mengumumkan tindakannya pada China dan WHO, Trump pergi begitu saja.
Setelah itu presiden mendapat kritikan keras karena cuitannya yang kontroversial.
"Kesulitan apapun dan kami akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan itu dimulai. Terima kasih!" kata Presiden di Twitter.
Namun saat ditanya maksud kalimat 'penjarahan dimulai, penembakan dimulai', Trump mengaku hanya mendengar itu selintas tanpa tahu asalnya.
Trump menilai kematian Floyd adalah insiden yang mengerikan.
Dia mendesak Departemen Kehakiman untuk secepatnya mengusut kasus ini.
"Ini adalah situasi lokal tetapi kami juga membuatnya menjadi situasi federal dan ini adalah hal yang mengerikan."
"Kami semua melihat apa yang kami lihat dan bahkan sangat sulit untuk memahami apa pun selain apa yang kami lihat," kata Trump.
Baca: Tanggapi Pembunuhan George Floyd, Cuitan Donald Trump Disembunyikan hingga Dihapus Twitter
Baca: Bela George Floyd, Donald Trump Sebut Wali Kota Minneapolis Lemah hingga Ancam Turunkan Tentara
Presiden juga mengutuk penjarahan dan demonstrasi dengan kekerasan yang terjadi di Minneapolis dan seluruh negeri.
"Kami memiliki pengunjuk rasa damai, dan mendukung hak-hak pengunjuk rasa damai. Kami tidak bisa membiarkan situasi seperti (apa yang terjadi) di Minneapolis turun lebih jauh ke dalam kekacauan dan anarki tanpa hukum," kata Presiden.
Trump menilai tindakan anarkis yang dilakukan para demonstran hanya akan merugikan negara bagian.
"Para penjarah seharusnya tidak diizinkan menenggelamkan suara-suara dari begitu banyak pemrotes damai sehingga mereka sangat terluka, apa yang terjadi dan itu sangat buruk bagi negara dan kota besar mereka," lanjutnya.
Setelah cuitannya ditandai Twitter, Trump sedikit memperhalus kata-katanya di depan televisi.
"Saya mengerti sakitnya. Saya mengerti sakitnya."
"Orang-orang benar-benar telah melalui banyak hal. Keluarga George berhak atas keadilan dan rakyat Minnesota berhak untuk hidup aman," kata Trump.
Saat ditanya apakah ada masalah kebrutalan polisi di AS, Trump menanggapi dengan mengklaim kejahatan menurun di seluruh negeri.
Derek Chauvin Dikenal Gampang Emosian
George Floyd dan polisi yang menindih lehernya hingga meninggal, Derek Chauvin, ternyata sempat bekerja di satu klub malam yang sama.
Klub malam yang dimaksud adalah El Nuevo Rodeo yang berada di sudut Minneapolis, AS.
Mantan pemilik klub malam itu, Maya Santamaria, mengatakan Floyd dan Chauvin bekerja menjadi satpam di klub.
Baca: Ketua HAM PBB Prihatin George Floyd Masuk Daftar Orang Kulit Hitam yang Meninggal di Tangan Polisi
Baca: Reporter CNN Ditangkap Petugas saat Siaran Langsung Aksi Protes George Floyd
Meski keduanya di bidang yang sama, namun Chauvin kebanyakan berjaga di luar sebagai perwira yang sedang tidak bertugas.
Sedangkan Floyd lebih banyak berjaga di dalam ruangan.
Sehingga Santamaria tidak yakin keduanya saling kenal atau bahkan akrab.
"Chauvin adalah polisi yang bekerja di luar tugas dinasnya selama hampir 17 tahun kami buka (klub)," kata Santamaria kepada KSTP.
"Mereka bekerja bersama pada saat yang sama, hanya saja Chauvin bekerja di luar dan penjaga keamanan ada di dalam," tambahnya.
Selain itu, Santamaria menilai Chauvin mudah tersulut emosi dan berlebihan menanggapi sesuatu.
"Dia kadang mudah marah dan tampak tegang," ungkapnya.
"Ketika ada perkelahian, dia menggunakan alat pukul dan semprotan lada kepada semua orang meski hal itu menurut saya tidak diperlukan," kata Santamaria, dikutip dari Daily Mail.
Santamaria berandai bila saja Chauvin ketika itu menyadari pria yang ditindihnya adalah mantan rekan kerjanya dahulu, mungkin saja George Floyd tidak akan meninggal ditangannya.
"Hei, kawan, kau dan aku bekerja bersama di tempat Maya. Ingat saya?" Santamaria berandai.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.