Donald Trump Dikecam karena Ingin Rapat di Lokasi Pembantaian Orang Afrika-Amerika di Era 1921
Keputusan Presiden AS, Donald Trump akan rapat di Tulsa, lokasi bersejarah buruk bagi komunitas Afrika-Amerika menimbulkan kontroversi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Keputusan Presiden AS, Donald Trump akan rapat di Tulsa, lokasi bersejarah buruk bagi komunitas Afrika-Amerika menimbulkan kontroversi.
Dikutip dari USA Today, Tulsa merupakan salah satu tempat pembantaian orang kulit hitam terburuk dalam sejarah AS.
Keinginannya melangsungkan rapat setelah tiga bulan absen ini sontak mendapat kritikan pedas dari publik AS.
Apalagi saat ini Trump juga belum selesai dengan kecaman publik atas responsnya pada kerusuhan nasional dan kekerasan polisi.
Trump berencana mengunjungi Oklahoma pada 19 Juni mendatang, sebagai acara pertama dalam rangkaian kampanye besar.
Ini akan menjadi putaran pertamanya sejak acara di Charlotte, North Carolina pada 2 Maret silam.
Baca: Donald Trump Junior Pakai Uang Pajak Warga AS Rp 1 Miliar untuk Berburu Domba
Baca: Dituduh Trump Antek ANTIFA, Pria yang Didorong Polisi hingga Berdarah Hanya Tertawa Kecil
Pasca protes nasional ini, Trump akan melakukan kampanye besar-besaran.
Sejak beberapa bulan lalu agendanya mangkrak karena pandemi Covid-19.
Tanggal 19 Juni atau Juneteenth, juga dikenal sebagai Hari Emansipasi.
Sekaligus memperingati perjalanan Mayor Jenderal Gordon Granger pada 1865, untuk memberi tahu penduduk bahwa Presiden Abraham Lincoln telah membebaskan para budak.
Selain itu juga mengumumkan pemilik budak harus mematuhi Proklamasi Emansipasi.
Tulsa merupakan kota terbesar kedua di Negara Bagian Oklahoma.
Bulan ini merupakan peringatan 99 tahun pembantaian besar-besaran komunitas kulit hitam atau Afrika-Amerika di Tulsa.
Insiden mengerikan ini terjadi pada 1921 silam, dimana orang kulit putih membantai orang-orang kulit hitam dan menghancurkan bisnis mereka.