Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

12 Juta Selebaran Kemarahan Korea Utara Bakal ''Bombardir'' Korea Selatan

Korea Utara mengatakan telah memproduksi 12 juta selebaran propaganda yang akan diterbangkan ke Korea Selatan.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in 12 Juta Selebaran Kemarahan Korea Utara Bakal ''Bombardir'' Korea Selatan
Yonhap via Korea Herald / AFP
Kepulan asap dari ledakan kantor penghubung antar-Korea di Kaesong (kiri) dan Kim Yo Jong (kanan) - Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengancam Korea Selatan. Pada Selasa (16/6/2020), Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea di Kaesong. 

"Sekjen PBB menyerukan dimulainya kembali dialog antar-Korea yang mengarah ke solusi damai yang memberi manfaat bagi perdamaian dan kemakmuran bagi semua orang," kata juru bicara  PBB Eri Kaneko di New York.

Sebelumnya militer Korea Utara menyatakan siap untuk mengambil tindakan tegas, jika para pembelot masih terus mengirim selebaran anti-Pyongyang di perbatasan Korea.

Demikian dilaporkan Kantor Berita Resmi Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA), Selasa (16/6/2020). 

Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA) mengatakan hubungan dua Korea makin buruk, dan mereka telah mempelajari "rencana aksi" untuk memasuki kembali zona yang telah didemiliterkan di bawah Pakta Inter-Korea dan "mengubah garis depan menjadi sebuah benteng."

"Militer kami akan dengan cepat dan menyeluruh melaksanakan keputusan dan perintah dari Partai dan pemerintah," demikian pernyataan KPA  seperti dilaporkan kantor berita KCNA.

Ketegangan telah meningkat saat Pyongyang mengancam untuk memutuskan semua komunikasi antar-Korea dan mengambil tindakan balas dendam atas selebaran, yang membawa pesan kritis kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong un termasuk soal pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Selebaran 'propaganda" dari para pembelot - biasanya disampaikan pada balon udara atau mengambangkan botol di aliran sungai.

Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara menunjukkan kantor penghubung antar-Korea yang diledakkan Korea Utara pada Selasa (16/6/2020).
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara menunjukkan kantor penghubung antar-Korea yang diledakkan Korea Utara pada Selasa (16/6/2020). (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)
Berita Rekomendasi

Pada Sabtu pekan lalu, Kim yo Jong, saudari Kim Jong Un--pejabat senior Partai Buruh yang berkuasa, mengatakan ia memerintahkan militer untuk mempersiapkan tindakan tegas terhadap Korea Selatan.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak Pyongyang pada Senin (15/6/202.), untuk menjaga kesepakatan perdamaian yang dicapai oleh dua pemimpin dan kembali ke jalan dialog.

Sebelumnya Korea Utara mengatakan pada Selasa (9/6/2020) akan memutuskan semua sambungan atau saluran komunikasi dengan Korea Selatan

"Korea Utara menyebut, ini sebagai langkah pertama menuju sepenuhnya mematikan semua sarana komunikasi dengan Seoul," Kantor Berita Korea Utara,  Korean Central News Agency (KCNA). 

 Selama beberapa hari ini, Korea Utara telah menyerang Korea Selatan, mengancam akan menutup kantor penghubung antar Korea dan proyek lainnya, jika Korea Selatan tidak menghentikan pembelot  mengirim leaflet atau selebaran ke Pyongyang.

 Pejabat pemerintah tertinggi di Korea Utara, termasuk saudari Kim Jong un, Kim yo Jong, dan Kim Yong Chol (Wakil Ketua Komite Pusat Partai Buruh Korea) bertekad  "akan melakukan langkah-langkah itu untuk melawan musuh Korea Selatan." 

 "Sebagai langkah pertama, di hari Selasa, Korea Utara akan mengakhiri jalur komunikasi di kantor penghubung antar Korea, dan hotline antara dua militer dan kantor kepresidenan, antara lain," kata laporan KCNA.

Laporan KCNA menyatakan, Korea Utara menuduh pemerintah Korea Selatan tidak bertanggung jawab sehingga memungkinkan pembelot untuk menyakiti martabat kepemimpinan tertinggi Korea Utara.

 "Ini adalah tanda permusuhan kepada semua warga kami," kata KCNA. 

 "Kami telah mencapai kesimpulan bahwa tidak perlu untuk duduk berhadapan dengan pemerintah Korea Selatan dan tidak ada masalah untuk berdiskusi dengan mereka, karena mereka hanya membikin kita kecewa kita,"(AP/Reuters/Channel News Asia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas