Terpilih Lagi Jadi Gubernur Tokyo, Yuriko Koike Bakal Jadi PM Wanita Pertama di Jepang?
Setelah PM Abe menyelesaikan tugasnya September 2021, calon baru untuk menjadi PM Jepang masih belum terlihat.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Minggu (5/7/2020), Yuriko Koike terpilih kembali untuk kedua kali menjadi Gubernur Tokyo Jepang dengan menguasai 59,7 persen (3.661.371 suara) pemilih mengalahkan saingannya Utsunomiya yang hanya mampu meraih 13,8 persen (844.151 suara).
Seusai perayaan kemenangan Yuriko Koike, para wartawan langsung menanyakan kemungkinan Koike mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri Jepang periode mendatang.
"Bagaimana kemungkinan mencalonkan diri menjadi PM Jepang mendatang, sebagai PM wanita yang pertama di Jepang?" tanya para wartawan termasuk Tribunnews.com saat jumpa pers.
Koike yang masih tampak kelelahan karena baru selesai merayakan kemenangannya, berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Baca: Jelang Pemilihan Gubernur Tokyo Jepang, Kehidupan Pribadi Yuriko Koike Mulai Diusik
Baca: Yuriko Koike Diperkirakan Menang Kembali dalam Pemilu Tokyo Jepang 5 Juli Mendatang
"Banyak yang harus dipikirkan ya, apakah cocok bagi saya atau tidak dan sebagainya," kata Koike.
Selesai menjawab masih terus dicecar pertanyaan wartawan, "Jadi akan ikut pemilu calon PM Jepang mendatang?"
"Ah kamu ini, kan saya juga baru saja terpilih jadi Gubernur Tokyo. Nanti saja ya, masih belum memikirkan masih akan fokus dulu memajukan Tokyo saat ini," kata Yuriko Koike.
Setelah PM Abe menyelesaikan tugasnya September 2021, calon baru untuk menjadi PM Jepang yang dianggap memiliki kekuatan kepemimpinan seperti Shinzo Abe, masih belum terlihat.
Satu pesaingnya yang dianggap bisa menduduki jabatan PM Jepang saat ini di masyarakat adalah Yuriko Koike untuk bisa menduduki kursi PM Jepang wanita pertama.
Sumber Tribunnews.com di kalangan politik mengungkapkan tidak mungkin Koike karena dia wanita dan dia tidak berada di dalam partai liberal demokrat (LDP) yang kini menjadi koalisi pemerintahan Jepang bersama Komeito.
"Namun apabila semua oposisi kompak bulat suara semua mendukung Koike, bukan tidak mungkin kesempatan menjadi PM Jepang bisa saja tumbuh nantinya," kata dia.
Baca: Kasus Baru Covid-19 di Jepang Diprediksi 1.000 Orang Per Hari dalam 8 Minggu ke Depan
Baca: Mantan Dirjen Dikbud Jepang Mengaku Tak Bersalah Memasukkan Anaknya ke Universitas Kedokteran Tokyo
Namun yang menjadi hambatan terbesar adalah karena Koike adalah wanita sementara Jepang adalah negara pria.
"Apakah para politisi pria yang senior mau menerima keberadaan wanita sebagai pemimpinnya?, tanya sumber itu.