Resmi Ditutup, China Ambil Alih Konsulat AS di Chengdu
China memerintahkan penutupan Konsulat AS pada Jumat Pekan lalu, setelah Washington minggu lalu memberikan tenggat waktu 72 jam bagi Beijing untuk
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, CHENGDU -- China mengambil alih gedung Konsulat Amerika Serikat (AS) di kota Chengdu, China pada Senin (27/7/2020).
Hal ini terjadi sebagai aksi balasan buntut AS menutup Konsulat China di Houston, Texas.
Polisi di Chengdu membatasi akses ke daerah sekitar Konsulat pada Senin pagi, dan empat pejabat dengan pelindung diri terlihat berjalan menuju Konsulat sekitar pukul 10:24 pagi waktu setempat.
Departemen Luar Negeri China mengatakan Konsulat ditutup pada pukul 10.00 pagi.
Kemudian dikatakan pihak berwenang memasuki gedung dan mengambil alihnya.
China memerintahkan penutupan Konsulat AS pada Jumat Pekan lalu, setelah Washington minggu lalu memberikan tenggat waktu 72 jam bagi Beijing untuk mengosongkan Konsulat di Houston.
Amerika Serikat mengkonfirmasi penutupan Konsulat dalam video perpisahan bersama yang dibagikan Kedutaan besar AS di akun Twitter China.
"Konsulat AS di Chengdu telah dengan bangga mempromosikan saling pengertian antara warga Amerika dan rakyat di Sichuan, Chongqing, Guizhou, Yunnan dan Tibet sejak 1985. Kami akan selamanya merindukanmu," tulis dalam postingan itu.
Stasiun Televisi China, CCTV berbagi video di akun Weibo, yang diambil oleh wartawan, dan menunjukkan penurunan bendera Amerika di depan Konsulat di Chengdu pada pukul 06:18 pagi pada Senin (27/7/2020).
Pada hari Minggu malam, sebuah mobil truk crane terlihat memasuki kompleks Konsulat dan mengangkat setidaknya satu kontainer ke sebuah truk besar.
Pada Sabtu malam, seorang pekerja terlihat menggunakan alat termasuk palu dan pahat untuk membongkar plakat di luar pintu masuk utama.
Pada Sabtu (25/7/2020), penjagaan keamanan di luar Konsulat Amerika Serikat (AS) di kota Chengdu, dipertmketat ketika para staf di dalam sedang bersiap untuk meninggalkan gedung.
Hal itu terjadi, sehari setelah China mengambil langkah balasan terhadap sikap AS menutup Konsulatnya di Houston, Texas.
Saling balas penutupan Konsulat telah membawa penurunan tajam hubungan antara dua negara, yang memiliki ekonomi terbesar di dunia.
Di Chengdu, lambang Konsulat AS di dalam kompleks itu telah diturunkan dan para staf terlihat bergegas.
Baca: Diplomat AS Tinggalkan Konsulat di Chengdu, Buntut Penutupan Kedutaan China di Houston
Tiga mobil Van terlihat memasuki kompleks Konsulat AS.
Polisi terlihat berjaga-jaga di luar dan menutup jalan di sekitar Konsulat.
Sejumlah orang berjalan di sepanjang jalan di seberang pintu masuk. Banyak di antara mereka berhenti untuk mengambil foto atau video sebelum polisi membubarkan.
Anggota polisi mengamankan seorang pria yang mencoba memegang sebuah pesan. Belum jelas pesan apa yang disampaikannya.
Aksi balasan untuk menutup Konsulat datang setelah pemerintahan Donald Trump memberikan China waktu sampai pukul 16.00 sore pada Jumat (24/7/2020) untuk mengosongkan Konsulat Houston.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa Konsulat tersebut telah "menjadi pusat pencurian kekayaan intelektual".
Konsulat dibuka pada 1985 dan memiliki hampir 200 karyawan, termasuk sekitar 150 staf dari warga setempat, menurut halaman resminya.
Masih belum diketahui pasti jumlah tersisa diplomat AS di kantor itu setelah sebelumnya dievakuasi dari China karena pandemi virus Corona.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin mengatakan beberapa personil di Konsulat Chengdu "melakukan kegiatan tidak sejalan dengan identitas mereka."
Aksi beberapa personil Konsulat itu dinilai telah mengganggu dan merugikan kepentingan keamanan China.
Namun sayang dia tidak menjelaskan bagaimana cara kerja beberapa personil Konsulat AS yang disebut membahayakan dan merugikan keamanan China.
Konsulat AS di Chengdu juga diberikan waktu 72 jam untuk ditutup, atau sampai pukul 10.00 pagi pada Senin (27/7/2020), menurut editor media pemerintah China, Global Times.
Global Times diterbitkan oleh People's Daily, Surat Kabar resmi dari Partai Komunis China yang berkuasa.
"China telah memerintahkan Amerika Serikat untuk menutup Konsulat di kota barat daya Chengdu dalam 72 jam," ujar Hu Xijin.
Ia mengatakan pihak China memberitahukan perintah itu kepada AS pada Jumat (24/7/2020) pukul 10 pagi waktu setempat.
Artinya, Senin pekan depan pada pukul 10 pagi, konsulat AS itu sudah harus kosong.
Aksi balasan ini terjadi hanya berselang sekitar 48 jam setelah tersiar informasi bahwa pemerintah AS memerintahkan China untuk menutup kantor konsulatnya di Houston.
"Tindakan yang diambil oleh China adalah respons yang sah dan perlu atas tindakan yang tidak bisa dibenarkan dari AS,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China, Jumat (24/7/2020).
SebelumnyabChina telah memperingatkan akan membalas AS yang memberikan waktu 72 jam-sampai Jumat-untuk mengosongkan Konsulat Houston.
"AS mengambil langkah serius melanggar hukum internasional, norma dasar hubungan internasional, dan persyaratan Konvensi Konsuler China-AS. Ini serius merugikan hubungan China-Amerika," demikian Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters, Jumat (24/7/2020).
"Kementerian Luar Negeri China memberi tahu Kedutaan besar AS di China mengenai keputusannya untuk mencabut persetujuannya untuk pendirian dan pengoperasian Konsulat Jenderal AS di Chengdu," katanya.
Departemen Luar Negeri AS dan Kedutaan besar AS di Beijing tidak segera merespon langkah balasan China.
AS Beri China 72 Jam untuk Tutup Konsulat di Houston
Amerika Serikat memberikan waktu 72 jam terhadap China untuk menutup Konsulat di Houston di tengah tuduhan memata-matai.
Polemik baru ini menandai kemunduran dramatis dalam hubungan antara dua negara terbesar di dunia.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan misi China di Houston akan ditutup "untuk melindungi kekayaan intelektual Amerika dan ' informasi pribadi warga."
Presiden Donald Trump mengatakan dalam jawaban atas pertanyaan dalam konferensi pers tentang hal itu.
"Selalu mungkin" misi Cina lainnya dapat ditutup juga" ujar Trump seperti dilansir Reuters, Kamis (23/7/2020).
"Kami pikir ada api di salah satu lokasi yang kami tutup," kata Trump.
"Saya kira mereka membakar dokumen, atau membakar kertas, dan aku bertanya-tanya semua tentang itu."
Bermalam di Houston, petugas pemadam kebakaran menuju ke Konsulat setelah asap terlihat.
Dua pejabat pemerintah AS mengatakan mereka memiliki informasi banyak dokumen sedang dibakar di sana.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Konsulat beroperasi secara normal.
Kementerian mengatakan Washington telah mendadak mengeluarkan permintaan untuk menutup Konsulat pada hari Selasa dan menyebutnya sebagai "eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya."
"Kedutaan China di Washington telah menerima "ancaman bom dan kematian" karena "noda dan kebencian" yang dipancarkan oleh pemerintah AS," kata juru bicara Hua Chunying dalam kicauannya di Twitter.
"AS harus mencabut keputusan yang keliru," katanya.
"China pasti akan bereaksi dengan tindakan yang tegas."
Penguasa Partai Komunis di Beijing sedang mempertimbangkan menutup Konsulat AS di pusat kota Wuhan sebagai tindakan balasan, sebuah sumber dengan pengetahuan tentang hal itu mengatakan.
Ahli China mengatakan, negeri tirai bambu itu bisa juga menargetkan Konsulat AS di Hong Kong, Shanghai atau Guangzhou-- sesuatu yang bisa mengguncang bisnis Amerika.
Richard Grenell, yang menjabat sampai saat ini sebagai penjabat Direktur Intelijen Nasional AS, menyarankan Amerika Serikat dapat menutup Konsulat China di San Fransisco yang menjadi pusat teknologi.
"Ini yang paling dekat. Saya akan melakukan dua-duanya (Houston dan San Francisco) tetapi juga masuk akal untuk memulai dengan salah satu, "katanya kepada Reuters.
Keputusan di Houston terjadi menjelang pemilihan Presiden AS pada November 2020, di mana Trump dan saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah menunjukkan sikap tegas terhadap China.
Berbicara pada kunjungan ke Denmark, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengulangi tuduhan tentang pencurian kekayaan intelektual Amerika Serikat dan Eropa oleh China.
Pompeo juga mengacu pada dakwaan Departemen Kehakiman AS pada Selasa (21/7/2020) terhadap dua warga negara China.
atas peran mereka dalam meretas komputer milik kontraktor pertahanan, peneliti Covid-19 dan ratusan korban lainnya di seluruh dunia.
Pihak berwenang AS mengatakan dua warga China atas nama Li Xiaoyu dan Dong Jiazhi mencuri desain senjata, informasi obat, kode sumber perangkat lunak, dan banyak lagi.
Mereka juga didakwa memata-matai perusahaan-perusahaan AS yang sedang meneliti Covid-19.
Pompeo juga menyinggung pidato kepala FBI baru-baru ini yang menyoroti kegiatan Spionase China.
"Presiden Trump telah berkata: ' cukup. Kita tidak akan membiarkan ini terus terjadi,'" tegasnya kepada wartawan.(Reuters)