Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yunani-Turki Bersitegang, Prancis Kirim Kapal Perang dan Jet Tempur Rafale ke Mediterania Timur

Turki dan Yunani, dua anggota NATO, berbeda pendapat atas klaim tumpang tindih sumber daya hidrokarbon di Mediterania timur.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Yunani-Turki Bersitegang, Prancis Kirim Kapal Perang dan Jet Tempur Rafale ke Mediterania Timur
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pesawat tempur milik Angkatan Udara Perancis (Armee de I'Air) Rafale demo terbang di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (25/3/2015). Demo pesawat tempur serbaguna generasi 4,5, bermesin dua, bersayap delta buatan Dassault Aviation Perancis tersebut untuk promosi kepada Indonesia sehubungan dengan akan digantikannya pesawat tempur AU jenis F-5 Tiger yang sudah tua usia pakainya. KOMPAS/HERU SRI KUMORO 

TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Prancis meningkatkan kehadiran militernya di Mediterania timur di tengah kebuntuan yang meningkat antara Yunani dan Turki atas eksplorasi minyak dan gas di perairan yang disengketakan.

Prancis mengirim dua jet tempur Rafale dan fregat angkatan laut 'Lafayette' ke wilayah itu sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan kehadiran militernya.

Pernyataan disiarkan Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis, dikutip Aljazeera.com, Kamis (13/8/2020). Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut situasi di Mediterania timur "mengkhawatirkan".

Ia mendesak Turki menghentikan upaya sepihak  dan mengizinkan dialog damai antara negara tetangga anggota NATO.

"Saya telah memutuskan memperkuat sementara kehadiran militer Prancis di Mediterania timur dalam beberapa hari mendatang, bekerja sama dengan mitra Eropa, termasuk Yunani," kata Macron.

Kamis ini, militer Prancis melakukan latihan dengan pasukan Yunani di lepas pantai selatan pulau Kreta., Informasi diungkapkan sumber militer Yunani mengatakan kepada kantot berita Reueters

Kerjasama itu wujud pertama sokongan Prancis. "Emmanuel Macron adalah teman sejati Yunani dan pembela kuat nilai-nilai Eropa dan hukum internasional," Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis setelah menelepon Presiden Prancis.

Berita Rekomendasi

Sengketa Anggota NATO

Turki dan Yunani, dua anggota NATO, berbeda pendapat atas klaim tumpang tindih sumber daya hidrokarbon di wilayah tersebut.

Pandangan mereka bertentangan tentang sejauh mana landas kontinen mereka di perairan yang sebagian besar dihiasi pulau-pulau Yunani.

Baca: Turki Peringatkan Yunani dan Mesir Terkait Aksi Sepihak di Wilayah Laut Mediterania

Perairan yang kaya gas di kawasan itu juga sering menjadi sumber perselisihan antara Turki, Siprus, dan Israel.

Perselisihan Ankara-Athena meningkat minggu ini ketika Turki mengirim kapal penelitian Oruc Reis disertai beberapa kapal angkatan laut Turki di lepas pulau Kastellorizo, Yunani.

Yunani juga mengerahkan kapal perang untuk memantau kapal tersebut, yang saat ini berlayar ke barat Siprus.

Kantor Presiden Prancis dalam sebuah pernyataan, mengatakan peningkatan kehadiran militer Prancis di kawasan itu ditujukan untuk memantau situasi dan menandai tekad Paris untuk menegakkan hukum internasional.

Bulan lalu, pemimpin Prancis itu menyerukan sanksi Uni Eropa terhadap Turki atas apa yang dia gambarkan sebagai "pelanggaran" kedaulatan Yunani dan Siprus atas perairan teritorial mereka.

Hubungan antara Paris dan Ankara juga tegang karena konflik di Libya.

Risiko Kecelakaan Militer

Mitsotakis dalam pernyataannya mendesak Turki untuk menunjukkan "akal sehat" dan memperingatkan bentrokan di Mediterania timur dapat menyebabkan kecelakaan militer.

"Kami dengan waspada menantikan apa yang akan terjadi. Harapannya, dialog dapat dimulai kembali dengan itikad baik," kata Perdana Menteri Tunani.

"Risiko kecelakaan mengintai ketika begitu banyak aset militer dikumpulkan di daerah yang terkurung seperti itu," imbuhnya.

Athena menurut Mitsotakis, tidak akan berusaha untuk meningkatkan situasi.  Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, meningkatkan sentimen di Laut Tengah dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters.

"Kami ingin mencapai solusi politik melalui cara-cara damai yang sejalan dengan hukum internasional," katanya. Tapi ia memperingatkan, Turki akan terus mempertahankan hak, ikatan, dan kepentingan di perairan pesisir.

Turki mengatakan ia memiliki garis pantai terpanjang di Mediterania timur, tetapi terletak di jalur perairan sempit karena perpanjangan landas kontinen Yunani, berdasarkan keberadaan banyak pulau Yunani di dekat pantainya.

Pulau Kastellorizo, yang berjarak sekitar 2 km dari pantai selatan Turki, dan 570 km dari daratan Yunani, merupakan sumber kekecewaan Turki.

"Permintaan Yunani untuk zona yurisdiksi maritim 40.000 kilometer persegi karena pulau Meis [Kastellorizo] seluas 10 km persegi ... tidak dapat didamaikan dengan logika apa pun," katanya.

Klaim Yunani atas perairan di sekitar Kastellorizo ​​didasarkan pada konvensi maritim PBB yang disahkan oleh banyak negara, tetapi bukan Turki.

Ankara mengatakan akan mengeluarkan izin eksplorasi dan pengeboran baru di Mediterania timur, sementara Athena menuntut penarikan segera Oruc Reis dari daerah tersebut.

Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias dijadwalkan terbang ke Israel guna melakukan pembicaraan. Ia kemungkinan akan bertemu Menlu AS Mike Pompeo di Wina pada Jumat.

Kepala Diplomatik Uni Eropa Josep Borrell mengatakan menteri luar negeri blok itu Atlantik Utara akan mengadakan pertemuan luar biasa pada Jumat untuk membahas Mediterania timur, Lebanon dan Belarusia.

Charles Kupchan, peneiti senior di Council on Foreign Relations, mengatakan para anggota NATO semakin khawatir tentang potensi konfrontasi militer antara Yunani dan Turki.

"Tidak ada yang ingin berperang. Tidak ada yang ingin melihat dua anggota NATO mencampurkannya," katanya kepada Al Jazeera.

"Di sisi lain, ketika Anda memiliki kapal angkatan laut sebanyak ini, ketika ketegangan setinggi ini ... semuanya berada di tempat yang berbahaya," katanya.(Tribunnews.com/Aljazeera.com/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas