AS Pertimbangkan Uni Emirat Arab Bisa Segera Miliki Jet Tempur F-35
Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi UEA ingin membeli F-35, tetapi menambahkan masalah itu sedang ditinjau dan mereka akan melihat apa yang terjadi
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan, AS akan mempertimbangkan penjualan senjata ke Uni Emirat Arab.
Tetapi Washington juga akan bekerja untuk memastikan Israel terus menikmati keunggulan militernya melawan tetangga-tetangganya di Timur Tengah.
Pompeo tiba di Israel, Senin (24/8/2020), untuk melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Ini tur diplomatic Pompeo ke wilayah konflik tersebut sekaligus mempromosikan rencana perdamaian Timur Tengah ala pemerintahan Trump.
Terkait penjualan senjata AS ke UEA, Pompeo menanggapi kabar sebelumnya yang menyebutkan AS akan menjual jet tempur F-35 ke Negara itu.
"AS memiliki persyaratan hukum sehubungan dengan keunggulan militer kualitatif. Kami akan terus menghormati itu," kata Pompeo.
Ia menyampaikan pernyataan itu setelah pertemuannya dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kalimat itu memberi isyarat, Israel tetap prioritas utama bagi Washington.
Netanyahu yang berada di sisi Pompeo membenarkan Menlu Pompeo telah meyakinkannya AS akan bekerja untuk menjaga keunggulan kekuatan militer Israel di kawasan regional setempat.
Kunjungan Pompeo terjadi setelah pengumuman kesepakatan perdamaian UEA-Israel yang ditengahi AS. Abu Dhabi menjadi negara pertama di kawasan Teluk Persia, dan negara Arab ketiga setelah Mesir dan Yordania yang menormalkan hubungan dengan Tel Aviv.
Baca: Dibantu AS, Israel dan Uni Emirat Arab Sepakat Berdamai, Ini Kata Trump
Baca: Dibantu AS, Israel dan Uni Emirat Arab Sepakat Berdamai, Ini Kata Trump
Upacara resmi diperkirakan akan diadakan di Washington dalam beberapa minggu mendatang. Selama kunjungannya, Pompeo memuji kesepakatan normalisasi itu.
Ia mengatakan sangat berharap akan melihat negara-negara Arab lainnya bergabung. Netanyahu sebaliknya menyebut perjanjian dengan UEA sebagai anugerah bagi perdamaian dan stabilitas regional.
Penjualan F-35 ke Abu Dhabi
Pekan lalu, Netanyahu membantah laporan media, kabinetnya telah memberikan izin kepada Washington untuk menyetujui penjualan jet tempur F-35 ke UEA.
Netanyahu sejak awal menentang penjualan F-35 dan pesawat canggih lainnya ke negara mana pun di Timur Tengah, termasuk negara-negara Arab yang berdamai dengan Israel.
Rabu pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi UEA ingin membeli F-35, tetapi menambahkan masalah itu sedang ditinjau dan mereka akan melihat apa yang terjadi.
Menteri Luar Negeri UEA mengatakan Abu Dhabi tertarik untuk membeli jet canggih tersebut, tetapi menekankan minatnya muncul sebelum kesepakatan dengan Israel diumumkan.
AS mulai mengirimkan F-35 ke Israel pada akhir 2017. Negara mungil tersebut diduga menggunakannya untuk misi pemboman di Suriah dan Irak sejak saat itu.
Negara ini memiliki setidaknya 26 pesawat F-35i yang telah dikirim dan beroperasi aktif. Dua lusin lagi sedang dipesan, dan total 75 unit direncanakan akan dibeli.
Turki adalah satu-satunya negara di kawasan yang direncanakan AS untuk mendapatkan jet F-35, tetapi Washington membatalkan rencana tersebut.
AS mengeluarkan Ankara dari daftar program tersebut pada pertengahan 2019, setelah Turki menerima pengiriman system rudal pertahanan udara S-400 buatan Rusia.
AS telah memberikan puluhan miliar dolar bantuan militer kepada Israel selama bertahun-tahun, termasuk $ 3,8 miliar pada tahun fiskal 2019.
Tel Aviv diharuskan membelanjakan sebagian dari dana ini untuk peralatan militer AS. Menurut angka yang dikumpulkan Stockholm International Peace Research Institute, antara 2008 dan 2018, Israel adalah pembeli terbesar ke-12 peralatan militer AS selama dekade itu.
Mereka menghabiskan sekitar $ 2,91 miliar untuk senjata Amerika. UEA, sementara itu, telah berbelanja senjata sekitar $ 7,6 miliar dari AS selama periode yang sama.
Arab Saudi menduduki puncak daftar pemborong senjata dari AS. Saudi mengeluarkan $ 13,72 miliar dari 2008-2018, termasuk $ 3,35 miliar pada 2018 saja.(Tribunnews.com/Sputniknews/Haaretz/xna)