Demo Besar-besaran Kembali Terjadi di AS setelah Orang Kulit Hitam Ditembak 7 Kali oleh Polisi
Demo besar-besaran kembali terjadi di Amerika Serikat, tepatnya di negara bagian Wisconsin setelah pria kulit hitam ditembak berulang kali oleh polisi
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Protes kembali pecah di Amerika Serikat, tepatnya di negara bagian Wisconsin pada Minggu (23/8/2020) waktu setempat.
Demo besar-besaran di Wisconsin, Amerika Serikat ini terjadi setalah polisi menembak seorang pria kulit hitam bernama Jacob Blake.
Awal mula demo ini setelah sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan polisi menembak Jacob Blake berulang kali.
Saat ini, Jacob Blake tengah dirawat di rumah sakit dalam kondisi yang serius.
Baca: Reaksi Trump Setelah Tahu Biden Pilih Senator Kulit Hitam Jadi Pendamping di Pemilu AS 2020
Baca: Nasib Polisi Atlanta Penembak Pria Kulit Hitam Rayshard Brooks
Dalam video yang viral tersebut nampak Jacob Blake ditembak dari belakang ketika dirinya mencoba masuk ke dalam mobilnya di Kota Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat.
Pihak berwenang di Kenosha mengumumkan jam malam darurat ketika kerusuhan terjadi setelah penembakan.
Ratusan orang berbaris di markas polisi pada Minggu malam. Kendaraan dibakar dan pengunjuk rasa berteriak 'Kami tidak akan mundur'.
Dalam peringatan keselamatan publik, polisi mendesak para pelaku bisnis dalam 24 jam ke depan untuk mempertimbangkan menutup usahanya.
Baca: Hasil Autopsi: Penembakan Brooks Pria Kulit Hitam Oleh Polisi di Atlanta Adalah Pembunuhan
Baca: Warga Kulit Hitam di Atlanta Tewas Ditembak Polisi: Massa Bakar Gerai Wendys, Kepala Polisi Mundur
Dikutip dari BBC, hal ini karena 'banyak' seruan tentang perampokan bersenjata dan tembakan yang dilepaskan.
Petugas menggunakan gas air mata untuk mencoba membubarkan ratusan pengunjuk rasa yang menentang jam malam di seluruh wilayah.
Gubernur Wisconsin, Tony Evers mengutuk penembakan Blake, yang dilaporkan tidak bersenjata.
"Meskipun kami belum memiliki semua detailnya, yang kami tahu pasti adalah bahwa dia bukanlah orang kulit hitam pertama yang ditembak atau terluka atau dibunuh tanpa ampun," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Saya telah mengatakan selama ini bahwa meskipun kami harus menawarkan empati kami, yang sama pentingnya adalah tindakan kami."
"Dalam beberapa hari mendatang, kami hanya akan menuntut pejabat terpilih di negara bagian kami yang telah gagal untuk mengakui rasisme di negara bagian kami terlalu lama," lanjutnya.