Utusan Qatar Tiba di Jalur Gaza Bawa Uang Tunai 30 Juta Dolar AS
Blokade Israel dan Mesir ke Jalur Gaza menyebabkan jutaan warga Palestina tergantung bantuan asing. Qatar mendanai pembayaran gaji aparatur Palestina.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Seorang utusan Qatar tiba di Jalur Gaza, Selasa malam (25/8/2020). Ia dikabarkan membawa uang tunai 30 juta dolar AS (sekira Rp 420 miliar) untuk “menghidupkan” wilayah itu.
Blokade Israel dan Mesir ke Jalur Gaza menyebabkan jutaan warga tergantung bantuan asing. Dana jutaan dolar AS digelontorkan Qatar untuk membiayai kelangsungan hidup warga wilayah tersebut.
Jalur Gaza saat ini juga kehilangan pasokan listrik, menyusul blokade masuknya bahan bakar untuk menghidupkan generator.
Blokade makin diperketat menyusul aksi penerbangan balon dari wilayah Gaza yang menyebabkan 29 kasus kebakaran di wilayah Israel.
Balon udara itu juga ada yang dilengkapi bom. Satu di antaranya meledak di lapangan basket di Netivot, wilayah perbatasan Israel-Jalur Gaza.
Utusan Qatar, Mohammed el-Emadi, tiba di tengah kegelapan malam. Sebuah video yang ditayangkan Times of Israel, memperlihatkan saat konvoi tamu dari Qatar itu tiba di Jalur Gaza.
Baca: Jalur Gaza Memanas, Hamas Balas Serangan Israel
Baca: Israel Tutup Zona Penangkapan Ikan di Lepas Pantai Jalur Gaza
Baca: Pesawat Tempur Israel Mengebom Jalur Gaza Selama 7 Malam Berturut-turut
Dana yang dikirimkan Qatar akan membantu sekitar satu juta penduduk Gaza yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dana segar itu juga diharapkan meredakan konflik Hamas-Israel.
Ia tiba sehari setelah harian berbahasa Arab yang berbasis di London Asharq al-Awsat melaporkan Panglima Komando Selatan IDF, Mayor Jenderal Herzi Halevi, mengunjungi Qatar minggu ini.
Halevi dalam proses mengamankan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas, kelompok bersenjata yang menguasai Jalur Gaza.
Hamas berada di bawah tekanan sangat kuat dari Qatar, Mesir, dan utusan PBB Nickolay Mladenov agar menghentikan serangannya.
Mereka juga mendapat tekanan penduduk Gaza, yang saat ini hanya mendapatkan listrik tiga hingga empat jam per hari.
Kekurangan listrik terjadi akibat dari penghentian impor bahan bakar Israel sebagai tanggapan atas kekerasan, yang menyebabkan pembangkit listrik Gaza ditutup.
Meningkatnya kekerasan di sepanjang perbatasan diperkirakan terkait tuntutan peningkatan transfer tunai dari Qatar ke wilayah ini, di mana sekitar 60 persen penduduknya menganggur.
Dalam beberapa hari terakhir IDF telah menanggapi aksi penerbangan lusinan balon bakar lewat balasan tembakan roket berselang-seling dengan serangan udara terhadap target Hamas di Jalur Gaza.