Ankara Kecam Pembakaran Salinan Al-Qur'an di Swedia
Ankara mengutuk pembakaran Alquran oleh ekstremis sayap kanan di Swedia pada Jumat (28/8/2020).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
"Kami mengutuk keras provokasi mengerikan yang dilakukan oleh politisi Islamofobia dan rasis dan pengikutnya yang datang ke Denmark dari kota Malmo Swedia," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
"Tindakan provokatif ini merupakan pukulan berat bagi nilai-nilai Eropa dan budaya hidup berdampingan," tambah pernyataan Kementerian Luar Negeri.
Dia mengatakan, muslim yang tinggal di Eropa, kehidupan sehari-hari mereka secara sitematis dihadapkan pada sikap diskriminatif dan rasis.
Baca: Donald Trump Komentari Peristiwa Penembakan Terhadap Jacob Blake, Pemicu Kerusuhan di Kenosha
Baca: Teroris Penembakan Dua Masjid Selandia Baru Dihukum Seumur Hidup Tanpa Pembebasan Bersyarat
"Tindakan tercela terhadap kitab suci kita ini adalah tindakan teladan, karena mengungkapkan tingkat ancaman yang dihadapi Muslim di Eropa," tambah pernyataan tersebut.
Kementerian menambahkan bahwa otoritas Swedia harus mengambil semua tindakan yang diperlukan terhadap mereka yang mencoba memprovokasi Muslim di negara itu di masa depan.
Teror Islamofobia Lainnya
Lebih jauh, teror Islamofobia yang dingin dan kejam juga terjadi di 2019 lalu.
Tempat seperti Christchurch, di Selandia Baru, Jerman, Inggris, Prancis, dhingga Norwegia tak luput dari aksi teror.
Di Eropa, masjid telah menjadi sasaran dan mengakibatkan kematian dan melukai puluhan lainnya.
Beberapa pemerintah Eropa bekerja keras untuk melacak dan menetralkan kelompok teroris sayap kanan.
Baca: Komisioner Komnas HAM Sebut Tak Ada Islamofobia di Indonesia, Masyarakat Siap Terima WNI Eks ISIS
Di sisi lain, mereka berpartisipasi dalam normalisasi percakapan Islamofobia di Eropa melalui deklarasi diskriminatif, RUU, dan kebijakan keamanan yang menargetkan Muslim.
Selain itu, media arus utama dan lembaga swasta juga bertanggung jawab atas perasaan anti-Muslim karena terus menyebarkan disinformasi yang merugikan komunitas Muslim.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)