Israel Gempur Target di Dekat Damaskus, Arhanud Suriah Tangkis Sejumlah Rudal
Selain menewaskan dua tentara Suriah, serangan melukai tujuh tentara lain dan kini dirawat di rumah sakit di Damaskus.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan udara baru ke bagian selatan Damaskus, Senin (1/8/2020) dini hari WIB.
Serangan rudal udara itu ditangkis unit Pertahanan Udara Suriah. Teridentifikasi sekurangnya tiga rudal diluncurkan, dua ditangkis, satu meledak di darat.
Dua tentara Suriah dikabarkan tewas. Serangan udara ini dilancarkan Israel dari wilayah Jabal Al-Sheikh di perbatasan Lebanon-Suriah.
Sumber pertahanan Suriah mengatakan pasukan artileri pertahanan udara Suriah menghadapi rudal dan berhasil menembak jatuh beberapa di antaranya. Sementara beberapa lainnya mencapai target yang dituju di Damaskus selatan.
“Tepat pukul 22.40, hari ini, musuh Zionis melancarkan serangan udara dari arah Golan Suriah yang diduduki ke beberapa situs militer kami di selatan Damaskus,” tulis Kemenhan Suriah lewat siaran persnya.
“Tim pertahanan udara kami menghadapi mereka dan menjatuhkan sebagian besar rudal sebelum mencapai target mereka, ”lanjutnya pernyataan pers itu dikutip Al Masdar News Network pagi ini.
Baca: Rusia Ingatkan Kehadiran Pasukan AS di Suriah Ilegal dan Melanggar Hukum Internasional
Baca: Pasukan AS di Suriah Dikejar-kejar Kendaraan Tempur dan Heli Serang Rusia
Selain menewaskan dua tentara Suriah, serangan melukai tujuh tentara lain dan kini dirawat di rumah sakit di Damaskus.
Serangan terbaru oleh Pasukan Pertahanan Israel ini terjadi pada saat Presiden Prancis Emmanuel Macron memulai kunjungan kedua ke Beirut, Lebanon.
Kantor berita Suriah SANA melaporkan target serangan berlokasi di sebuah pedesaan di luar Damaskus, serta dekat bandara internasional Negara itu.
Angkatan Pertahanan Israel menolak untuk mengomentari klaim tersebut dalam sambutannya kepada Sputnikmews. "Kami tidak mengomentari laporan media asing," kata kantor pers militer Israel.
Intelijen Arab di Wilayah Kurdi Suriah
Kabar terbaru lain dari Suriah, sebuah laporan menyebutkan Uni Emirat Arab diduga memiliki agen intelijen di Suriah utara dan Irak yang bekerja dengan milisi YPG/PKK Kurdi selama beberapa tahun terakhir.
Turki dan UEA juga terlibat dalam perang proxy yang sengit di Libya, dengan laporan selama beberapa bulan terakhir menunjukkan Turki berusaha memperpanjang perang proxy yang merusak ke Yaman.
Outlet berita Turki Anadolu Agency telah menerima informasi dari berbagai sumber yang menyatakan setelah mengadakan pembicaraan rahasia dengan militan Kurdi yang berafiliasi dengan 'People's Protection Units' (YPG) pada tahun 2017, UEA telah mengirim tim intelijen ke daerah-daerah di bawah kendali mereka sejak 2018. .
Misi mereka termasuk melatih kelompok militan YPG dalam spionase, kontra-spionase, sabotase, pembunuhan yang ditargetkan, intelijen sinyal, keamanan informasi dan pengoperasian jaringan komunikasi terenkripsi.
Menurut informasi, tim intelijen telah beroperasi di Qamishli, Hasaka dan Deir ez-Zor. YPG, tulang punggung dari apa yang disebut Pasukan Demokratik Suriah (SDF), juga menerima dukungan AS.
Dukungan asing ini dipakau kelompok Kurdi mendorong tuntutan wilayah otonomi dan mencegah mereka mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Suriah.
Militan Kurdi merebut sebagian besar tanah di bagian utara dan timur Suriah dari kelompok teror Takfiri Daesh (ISIS) pada 2017.
Turki memandang YPG sebagai organisasi teroris yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah mencari wilayah otonom Kurdi di Turki sejak 1984.
UEA telah lama dituduh mensponsori kelompok militan berdenominasi Kurdi, yang telah beroperasi di seluruh Suriah sejak 2011 dan di Irak sejak pemberontakan bersenjata PKK terhadap pemerintah Turki dimulai pada 1980-an.
Pada Juni tahun lalu, sumber keamanan Kurdi mengatakan kepada surat kabar al-Araby al-Jadeed yang berbasis di London, UEA telah memberikan bantuan keuangan kepada militan PKK di utara Irak.
Ada banyak laporan lain tentang UEA yang mengirimkan senjata dan bantuan lainnya ke kelompok Kurdi di Irak utara.
Perang proksi antara Turki dan UEA telah meningkat dan menyebar ke daerah-daerah baru selama setahun terakhir.
Masuknya senjata, pejuang bersenjata dan juga sejumlah besar pasukan militer Turki memiliki dampak dramatis pada jalannya perang di Suriah dan Libya.
Di Libya, setelah masuknya senjata dan pejuang Turki akhir tahun lalu dan awal tahun ini, Pemerintah Kesepakatan Nasional yang berbasis di Tripoli melancarkan serangan besar yang secara definitif mengakhiri pengepungan Tripoli.
Kehadiran Turki memaksa mundur Tentara Nasional Libya yang berbasis di Benghazi dari sebagian besar wilayah. wilayah yang mereka rebut selama serangan mereka tahun lalu.
Awal Oktober 2019, angkatan bersenjata Turki dan kelompok militan proksi melancarkan invasi lintas batas besar-besaran ke Suriah timur laut dalam upaya untuk mendorong militan YPG menjauh dari daerah perbatasan.
Dua minggu setelah invasi dimulai, Turki dan Rusia menandatangani nota kesepahaman yang menuntut militan YPG mundur dari 'zona aman' yang dideklarasikan oleh Turki di timur laut Suriah.
Turki juga memiliki operasi militer substansial yang sedang berlangsung di Irak utara selama bertahun-tahun.
Selain partisipasi UEA, AS, dan pasukan militer dan intelijen NATO lainnya, Saudi juga banyak terlibat dalam perang di Suriah selama bertahun-tahun.
Pada 2016, Saudi mengirim pasukan dan pesawat ke Turki, memicu spekulasi kedua negara sedang mempersiapkan kemungkinan misi darat di Suriah.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu kemudian mengkonfirmasi penempatan tersebut dan menyatakan itu menunjukkan kebijakan yang dikalibrasi oleh kedua negara.
Cavusoglu mengatakan Turki dan Arab Saudi “selalu menekankan perlunya strategi ekstensif yang berorientasi pada hasil dalam perang melawan kelompok teroris Daesh (ISIS).
Namun surat kabar Inggris, The Independent, menyebut kerjasama itu dilakukan untuk membuat keseimbangan baru.
Suriah berusaha mengambilalih dominasi di wilayah Idlib, kantong Arab dekat perbatasan Turki.(Tribunnews/Sputniknews/AlMasdarNews/Southfront.org/xna)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.