Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS dan Proksinya Terang-terangan Menjarah Emas Hitam Suriah  

Presiden AS Donald Trump pernah menyatakan akan menarik pasukan AS dari Suriah, meninggalkan sebagian tentaranya untuk menjaga minyak.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in AS dan Proksinya Terang-terangan Menjarah Emas Hitam Suriah  
AFP/Delil SOULEIMAN
Kendaraan lapis baja militer AS berpatroli dekat ladang minyak Rumaylan di Provinsi Hasakeh yang dikuasai Kurdi Suriah pada 17 September 2020. 

TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS – Pada akhir 2019, Presiden AS Donald Trump secara terus terang mengatakan Washington akan menarik sebagian besar tentaranya dari Suriah.

Sebagian ditinggalkan hanya untuk menjaga minyak. “Saya suka minyak. Kami menyimpan minyaknya,” kata Trump waktu itu.

Damaskus mengecam Trump karena menjarah sumber daya alam negara itu. Tapi Presiden Bashar al-Assad memujinya karena jujur mengakui alasan asli AS terus menduduki sebagian negaranya.

Baca: Presiden Suriah Bashar Assad: Perang di Suriah Belum Berakhir, White Helmets Itu Teroris

Baca: Rusia Ingatkan Kehadiran Pasukan AS di Suriah Ilegal dan Melanggar Hukum Internasional

Baca: Pasukan AS di Suriah Dikejar-kejar Kendaraan Tempur dan Heli Serang Rusia

Laporan terbaru dikutip Sputniknews.com mengutip berita kantor berita SANA, pada Sabtu malam (10/10/2020), konvoi 20 truk tanker minyak meninggalkan sumur di wilayah Jazira yang diduduki AS.

Rombongan truk itu meninggalkan Provinsi Hasakah menuju perbatasan ilegal Al Waleed  yang menghubungkan Suriah dan Irak.

Sumber SANA tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang komposisi konvoi, dan termasuk apakah disertai kehadiran pengawalan militer.

Pada akhir September, kantor berita yang sama melaporkan konvoi lain yang terdiri dari 35 truk tanker menyelinap melintasi perbatasan menuju Irak.

Berita Rekomendasi

Pencurian Berlangsung Sistematis Dilindungi Militer

Akhir tahun lalu, intelijen militer Rusia merilis sebuah laporan tentang kegiatan penyelundupan minyak oleh militer AS di Suriah.

Pentagon, kontraktor keamanan swasta, CIA dan milisi Kurdi menyelundupkan emas hitam Suriah senilai $ 30 juta dari negara yang dilanda perang itu setiap bulan.

Dalam perkembangan terkait, kantor berita SANA melaporkan Minggu (11/10/2020), terpantau konvoi 30 kendaraan mkiliter AS memasuki Suriah dari Irak.

Konvoi itu terdiri truk berpendingin udara, truk tanker, dan sejumlah besar ranpur Hummers. Pesawat tempur dan helicopter menyediakan perlindungan udara saat konvoi melakukan perjalanan menuju kota Qamishli.

Sekitar 55 kendaraan termasuk 13 unit militer dikerahkan ke kota itu seminggu sebelumnya. Pada hari yang sama, seorang anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF) tewas dan beberapa lainnya terluka.

Mereka diserang kelompok bersenjata tak dikenal di pedesaan Hasakah dan Deir ez-Zor. Dua hari sebelumnya, empat tentara SDF dilaporkan tewas dan beberapa lainnya cedera setelah alat peledak rakitan meledak di dekat kendaraan militer mereka.

SDF merupakan elemen bersenjata berintikan etnis Kurdi yang memerangi kelompok teroris ISIS, serta milisi bersenjata proksi Turki  di daerah-daerah di bawah kendalinya.

Pada saat yang sama, kelompok tersebut dan pasukan AS yang jadi sekutu utamanya, berulang kali menghadapi warga sipil Suriah yang memprotes pendudukan dan dugaan persekusi terhadap mereka.

Suriah Sebelumnya Swasembada Minyak

Sebagian besar sumber dan cadangan emas hitam Suriah terkonsentrasi di Provinsi Hasakah dan Deir ez-Zor.

Sebelum pecah perang saudara 2011, Suriah menggunakan minyaknya terbatas untuk memenuhi swasembada energi, dan menghasilkan sekitar 20 persen pendapatan negara.

Damaskus memperkirakan akan membutuhkan dana antara $ 200 miliar dan $ 400 miliar untuk membangun kembali negaranya sesudah perang.

Namun, upaya rekonstruksi telah terhalang oleh berlanjutnya kehadiran pasukan AS, sekutu Kurdi mereka, dan milisi yang didukung Turki di wilayah tersebut, dan pencurian sumber daya Suriah.

Pada Agustus 2020, Damaskus mengecam sebuah perusahaan energi AS yang menandatangani kesepakatan minyak dengan SDF, menyebutnya sebagai tindakan "agresi" terhadap kedaulatan Suriah.

Persekutuan bisnis itu bertujuan menghalangi upaya Suriah membangun kembali apa yang dihancurkan oleh terorisme yang didukung terutama oleh pemerintah AS.

Berapa Banyak Minyak yang Dibicarakan Trump?

Pada 26 Oktober 2019, Kementerian Pertahanan Rusia lewat brifing pers di Moskow, mengungkapkan temuan penting intelijen militer Rusia di Suriah.

Perusahaan terkemuka AS bekerja sama dengan kontraktor militer swasta dan didukung pasukan khusus dan kekuatan udara AS, menghasilkan lebih dari $ 30 juta sebulan dari penyelundupan minyak Suriah di Deir ez-Zor.

Meskipun Suriah tidak pernah menjadi kekuatan energi utama Timur Tengah, bahkan $ 30 juta sebulan itu hanyalah sebagian kecil dari potensi yang tersedia.

Pada akhir 2010-an, sebelum Suriah terlibat dalam konflik sipil yang didukung asing dalam gelombang yang disebut 'Musim Semi Arab', industri minyak dan gas negara itu memperoleh pendapatan miliaran dolar, menyumbang lebih dari 20 persen negara.

Dari sekitar 35 persen pendapatan ekspor migas Suriah itu, memungkinkan negara menikmati swasembada pasokan minyak, sambil bergantung pada impor hanya untuk sebagian kecil dari kebutuhan gas alamnya.

Menurut data Administrasi Informasi Energi AS, negara tersebut menghasilkan rata-rata sekitar 400.000 barel minyak per hari pada 2009. Produksi minyak itu nilainya sekira $ 730 juta per bulan berdasarkan harga minyak saat ini, tidak memperhitungkan biaya produksi dan transportasi.

Ketika negara itu terjerumus peperangan, kelompok-kelompok militan anti-pemerintah dan teroris jihadis mulai menggerogoti produksi minyak dan gas Suriah.

ISIS Juga Menjarah Minyak, Mengirim ke Turki dan Yordania

Mereka mengambil kendali atas sebagian besar wilayah, termasuk pusat kaya hidrokarbon dan timur laut negara itu, dan menutupnya. Mereka juga mengganggu produksi dan transportasi, serta kemampuan pembangkit listrik negara.

Pada 2013, total produksi minyak turun menjadi 59.000 barel per hari, dan setahun kemudian, turun lebih jauh menjadi hanya 33.000 barel per hari, atau 8 persen dari produksi negara sebelum perang.

Pada saat inilah ISIS atau Daesh mulai mendirikan 'kekhalifahan' di Irak barat dan Suriah utara. Mereka menguasai sekitar tiga perempat cadangan minyak Suriah di Deir ez-Zor.

Antara 2014 dan 2015, ISIS memanfaatkan ketidakmampuan Damaskus untuk mengusir para teroris, memompa jutaan barel minyak dari lading-ladang minyak al-Omar, al-Tanak, al-Dhafra dan fasilitas minyak lainnya.

Emas hitam itu diselundupkan ke luar negeri menggunakan truk-truk tanker komersial, menuju Turki dan Yordania. Minyak jarahan itu dijual sangat murah, harganya antara $ 15 dan $ 60 per barel, jauh di bawah harga pasar saat itu.

Para teroris dapat melanjutkan perdagangan minyak ilegal mereka terlepas dari operasi koalisi antiISIS yang dipimpin AS di daerah tersebut. Laporan intelijen Rusia menyebutkan lebih dari 5.500 serangan udara terjadi antara Agustus 2014 hingga Agustus 2015.

Militer Rusia kemudian datang ke Suriah pada September 2015. Kehadiran pasukan Rusia berdampak signifikan.

Perang melawan teroris diawali usaha memberangus penjarahan minyak oleh kelompok-kelompok teroris pada Desember 2015.

Lebih dari 1.000 truk tangki minyak, 32 kilang, dan hampir dua lusin stasiun pompa minyak dihancurkan. Usaha ini memangkas pendapatan minyak kaum teroris, yang pernah diperkirakan mencapai $ 2 miliar sebulan, menjadi hanya sekitar $ 1,5 juta per hari.

Pasukan AS Bergerak Masuk ke Suriah

Namun, meskipun angkatan udara Rusia melakukan sebagian besar pekerjaan berat dalam merusak pendanaan minyak teroris, ada masalah lain muncul di lapangan.

Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi dan sekutu AS mereka ternyata bergerak cepat menguasai sebagian besar timur laut negara itu, termasuk wilayah kaya minyak di timur Sungai Efrat.

Ini termasuk ladang minyak Al-Omar, dan ladang gas al-Tabia yang sangat besar, yang memiliki kapasitas produksi hingga 13 juta meter kubik gas per hari. Kedua bidang ini terletak di Provinsi Deir ez-Zor.

Pada 26 Oktober 2019, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov melaporkan modus operasi penyelundupan minyak oleh AS dari Suriah.

Penyelundupan dikelola perusahaan minyak bernama Sadcab. Pendapatan dari penyelundupan itu mengalir ke rekening bank kontraktor militer swasta dan badan intelijen AS.

Mengutip data satelit, Konashenkov mengungkapkan banyak rincian yang sebelumnya tidak diketahui terkait sejauh mana operasi penjarahan itu dikelola AS secara terstruktur.

Perusahaan AS atas perlindungan militer mengimpor peralatan produksi minyak ke Suriah, melewati sanksi sektor energi komprehensif Washington terhadap negara tersebut.

Kepentingan Minyak Rusia di Suriah

Seperti AS, Rusia juga memiliki kepentingan strategis menyangkut keterlibatannya di Suriah. Tapi mereka memiliki perbedaan sanga penting dan fundamental.

Rusia membantu dan hadir karena diminta bantuan oleh pemerintahan dan negara yang resmi diakui PBB. Sebaliknya, kehadiran AS di Suriah bersifat ilegal.

Media Rusia melaporkan Uraltekhnostroy, perusahaan jasa industri bahan bakar dan energi yang memproduksi stasiun pompa, peralatan ladang gas, unit pengolahan minyak, air dan gas, berencana masuk lagi ke Suriah.

Mereka akan melanjutkan pembangunan stasiun produksi minyak di timur laut Suriah yang pembangunannya telah dihentikan pada 2011.

Perusahaan tersebut saat ini sedang bernegosiasi dengan kementerian perminyakan dan sumber daya alam Suriah, dan juga telah menawarkan keahliannya dalam memulihkan fasilitas minyak Suriah lainnya.

Kebutuhan memulihkan sektor energi Suriah tidak hanya terbatas pada sektor swasta saja. Akhir tahun lalu, para pejabat Rusia dan Suriah membahas prospek modernisasi pembangkit listrik tenaga panas Suriah.

Kedua negara berencana bekerjasama membangun kembali sistem transportasi gas, dengan kedua negara telah menyetujui dua peta jalan kerja sama energi pada 2018 terkait dengan proyek listrik dan minyak dan gas.(Tribunnews.com/Sputniknews.com/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas