PM Yoshihide Suga: Jepang Tetapkan Netral Karbon pada 2050
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menegaskan, Negeri Sakura akan menjadi negara netral karbon pada 2050 mendatang.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menegaskan, Negeri Sakura akan menjadi negara netral karbon pada 2050 mendatang.
Mengutip The Guardian, Suga menggembar-gemborkan pendekatan lebih berani ini untuk mengatasi darurat iklim global sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia.
"Merespon perubahan iklim tak akan lagi menjadi kendala pertumbuhan ekonomi," papar Suga, Senin (26/10/2020) dalam pidato kebijakan pertamanya kepada Parlemen sejak menjabat.
"Kami perlu mengubah pemikiran kami ke pandangan bahwa mengambil tindakan tegas terhadap perubahan iklim akan menyebabkan perubahan dalam struktur industri dan ekonomi yang menghasilkan keuntungan," tegasnya.
Suga menambahkan, dia akan mewujudkan masyarakat dekarbonasi di masa depan.
Baca juga: Wartawan Jepang Anggap Kunjungan PM Suga ke Indonesia Tidak Peroleh yang Diinginkan
Baca juga: Terima Lawatan PM Yoshihide Suga, Jokowi Sambut Baik Relokasi Perusahaan Jepang ke Indonesia
Perubahan Iklim Global
Seperti diketahui, Jepang berada di bawah tekanan untuk memperkuat komitmennya atas perubahan iklim global.
Sebelumnya, Jepang mengatakan akan mencapai pengurangan emisi hingga 80 persen pada 2050, diikuti oleh netralisasi karbon secepat mungkin pada paruh abad ini.
Tetapi, perubahan kebijakan ini dapat membawa Jepang sejalan dengan Uni Eropa.
Uni Eropa sendiri telah menetapkan target serupa pada 2019 kemarin.
Sementara, China baru-baru ini mengumumkan akan bebas karbon pada 2060.
Baca juga: Jokowi Gelar Pertemuan Empat Mata dengan PM Jepang Yoshihide Suga di Ruang Kerja Istana Bogor
Baca juga: Presiden Jokowi Sambut Kunjungan Resmi PM Jepang Yoshihide Suga di Istana Bogor
Ketergantungan Batu Bara
Lebih dalam, masih.ada keraguan atas kemampuan Jepang mewujudkan impian ini masa depan.
Hal ini mengingat, Jepang dikenal dengan ketergantungannya pada batu bara dan bahan bakar fosil lainnya.