Pendeta Ortodoks Yunani Ditembak di Luar Gereja di Lyon, Prancis
Seorang pendeta Ortodoks Yunani terluka parah dalam penembakan yang berlangsung di luar gereja kota Lyon, Prancis.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Perasaan Pendeta di Gereja Ortodoks Yunani Lainnya
Secara terpisah, Antoine Callot, pendeta di gereja Ortodoks Yunani di Lyon mengatakan kepada AP, komunitas Ortodoks Yunani di sana belum menerima ancaman apa pun.
Tetapi, Callot menerangkan, dia segera meminta polisi untuk memberikan perlindungan dan keamanan di gerejanya setelah aksi penembakan tersebut.
"Kami cemas dan sedih. Ini benar-benar mengerikan," katanya.
"Sekarang, kita perlu bersembunyi dan berhati-hati," ungkapnya.
Baca juga: Soal Peristiwa di Kota Nice, Jokowi: Indonesia Mengecam Keras Pernyataan Presiden Prancis Macron
Baca juga: Presiden Jokowi : Indonesia Mengecam Terjadinya Kekerasan di Paris dan Nice Prancis
PM Jean Castex Kerahkan Pasukan Militer
Perdana Menteri Jean Castex menegaskan kembali janji pemerintah untuk mengerahkan pasukan militer di tempat-tempat keagamaan dan sekolah.
Dia mengatakan, orang Prancis dapat "mengandalkan bangsanya untuk mengizinkan mereka menjalankan agama mereka dengan aman dan bebas sepenuhnya".
Tidak ada yang menjaga gereja yang menjadi target di Lyon pada hari Sabtu, atau gereja di Nice pada hari Kamis.
Baca juga: 4 Hal yang Diketahui tentang Serangan Pisau di Gereja Nice, Prancis
Serangan yang Tuai Kecaman
Lebih jauh, Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Kami mengutuk serangan terhadap seorang pendeta Ortodoks asal Yunani di dekat Gereja Kabar Sukacita di Lyon, Prancis."
Uskup Agung Ieronymos, Kepala gereja Ortodoks Yunani, mengecam "kengerian yang menentang logika manusia".
"Ekstremis intoleran dan fanatik, fundamentalis kekerasan dan kematian menggunakan agama sebagai peluru yang mengarah pada inti kebebasan dan terutama kebebasan berkeyakinan orang lain," katanya kepada wartawan di ibukota Yunani, Athena.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengutuk "tindakan keji di Lyon".
Baca juga: Bandara di Prancis Ini Kini Jadi Bandara Tersibuk di Eropa
Dia menambahkan dalam sebuah cuitan bahwa "di Eropa, kebebasan hati nurani dijamin untuk semua dan harus dihormati, kekerasan tidak dapat ditoleransi dan harus dikutuk."
Sementara, Presiden Parlemen Uni Eropa David Sassoli mengatakan bahwa "Eropa tidak akan pernah tunduk pada kekerasan dan terorisme."
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)