Saat Menang 2016 Dulu, Pihak Trump Ejek Demokrat Tak Bisa Terima Hasil Pemilu, Kini Keadaan Berbalik
Pihak Donald Trump dan pejabat Gedung Putih terus mengklaim ada kecurangan dalam Pemilu AS 2020 ini.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pihak Donald Trump dan pejabat Gedung Putih terus mengklaim ada kecurangan dalam Pemilu AS 2020 ini.
Mereka menolak mengakui kemenangan presiden terpilih, Joe Biden, meski tidak ada bukti yang pasti.
Uniknya, pro-kontra penipuan pemilu serupa juga terjadi pada 2016 silam, saat Trump menang melawan Hillary Clinton dari Demokrat.
Dilansir CNN, sejumlah sekutu Trump bahkan mengejek orang Demokrat yang tidak bisa menerima kemenangan Partai Republik sebagai 'pecundang yang sakit'.
Pada 2016, sekutu Trump menyerang upaya perhitungan suara ulang.
Pihaknya mengklaim upaya itu tanpa ada dasar yang jelas dan mencoba mendelegitimasi kemenangan Donald Trump.
Baca juga: 5 Kemungkinan yang akan Dilakukan Donald Trump setelah Kalah dari Pilpres AS, Termasuk Nyalon 2024?
Baca juga: Joe Biden Siap-siap Masuk Gedung Putih, Donald Trump Sibuk dengan Gugatan Hukumnya
Mereka juga memuji Presiden Barack Obama dan pejabat pemerintahan yang menerima hasil pemilu.
Komentar ini merupakan tanggapan atas protes yang terjadi saat Trump keluar sebagai presiden AS terpilih.
Pihak Partai Republik menilai protes atas kemenangan Trump dipimpin oleh Demokrat, yang berusaha membujuk Electoral College menentang Trump.
"Ada orang-orang yang mencoba mendelegitimasi Presiden terpilih Amerika Serikat sekarang," kata Kayleigh McEnany, yang saat itu menjadi kontributor CNN, pada November 2016.
"Ada orang di luar sana yang menyerukan penghitungan ulang yang tidak berdasar tanpa bukti."
Dalam satu contoh, Rudy Giuliani, yang saat ini memimpin dakwaan untuk menggugat hasil pemilu, menyebut pengunjuk rasa yang menentang pemilihan Trump sebagai 'sekelompok cengeng manja' pada 2016 silam.
"Benar-benar bukan hal yang benar dalam demokrasi," tambahnya.
Sekutu utama Trump yang juga mendorong klaim penipuan pemilih, Matt Schlapp, mengatakan, "(Hillary Clinton sedang dalam tur) pecundang yang menyakitkan."
Baca juga: Siap-siap Serahkan Posisi Ibu Negara, Melania Trump Dikabarkan Belum Hubungi Jill Biden, Kenapa?
Baca juga: Trump Kalah, Kepala NASA Ogah Lanjutkan Jabatannya di Bawah Kepemimpinan Joe Biden
"Dia harus mengatasinya. Dia tersesat. Minggir dan biarkan Donald Trump menjadi presiden," kata Schlapp.
Hillary Clinton mengakui kemenangan Trump pada pagi hari setelah pemilihan, empat tahun silam.
Lebih lanjut, juru bicara Trump, Jason Miller, menyebut upaya perhitungan suara ulang pada 2016 adalah 'konyol' dan upaya mendelegitimasi kemenangan Trump.
Kurang lebih kondisi saat ini sama dengan 2016 silam, namun posisinya terbalik.
Kini banyak sekutu yang mendukung klaim Trump soal kecurangan dalam perhitungan suara.
Meskipun sampai saat ini tidak ada bukti kecurangan yang dimaksudkan.
Ajudan-ajudan Trump pun ikut mendukung klaim presiden, berharap upaya hukum dan perhitungan ulang bisa memenangkan presiden petahana lagi.
Walaupun selisih suara Biden dan Trump di negara bagian utama terus melebar, dengan mayoritas mendukung Joe Biden.
Joe Biden Sudah Siap-siap Masuk Gedung Putih
Di saat Trump sibuk dengan upaya hukum dan klaim penipuan pemilu, pihak Biden justru sedang siap-siap masuk Gedung Putih.
Bahkan Biden sudah menunjuk orang kepercayaannya, Ron Klain untuk menjadi kepala staf Gedung Putih, kata tim Biden.
Dilansir BBC, Klain sebelumnya pernah menjabat sebagai asisten utama Biden sejak 1980-an di Senat, berlanjut hingga dia menjadi wakil presiden.
Klain juga merupakan pembantu senior Gedung Putih untuk Barack Obama dan kepala staf Wakil Presiden Al Gore.
Kepala staf Gedung Putih, merupakan orang yang mengatur jadwal harian presiden dan sering disebut sebagai penjaga gerbangnya.
Sosok ini ditunjuk secara politik namun tidak memerlukan konfirmasi dari Senat.
Biden memberikan penghormatan kepada Klain dalam pernyataan yang dirilis oleh tim transisi pada Rabu (11/11/2020).
"Pengalaman dan kapasitasnya yang dalam dan beragam untuk bekerja dengan orang-orang di seluruh spektrum politik," kata Biden.
"Persis seperti yang saya butuhkan sebagai kepala staf Gedung Putih saat kita menghadapi momen krisis ini dan menyatukan kembali negara kita."
Dalam pernyataan yang sama, Klain mengatakan dia tersanjung oleh kepercayaan presiden terpilih padanya.
"Saya berharap dapat membantunya dan wakil presiden terpilih mengumpulkan tim yang berbakat dan beragam untuk bekerja di Gedung Putih, saat kami menangani agenda ambisius mereka untuk perubahan, dan berusaha untuk memulihkan perpecahan di negara kami," kata Klain.
Jejak Karier dan Sosok Ron Klain
Ron Klain menjabat sebagai penasihat utama di Komite Kehakiman Senat sejak 1989-199, ketika Biden menjadi ketuanya.
Dia juga penasihat dan penulis pidato kampanye Joe Biden pada 1988 dan 2008.
Klain menjabat sebagai kepala staf untuk Biden dari 2009-2011 selama menjabat sebagai wakil presiden di Gedung Putih.
Dia kemudian menjabat sebagai "Tsar Ebola" di bawah Obama selama wabah kecil penyakit mematikan itu pada 2014.
Klaim berpengalaman menjadi pelatih debat presiden untuk Bill Clinton, Al Gore, John Kerry, Barack Obama, Hillary Clinton, dan Joe Biden.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.